Jadi Bagian Pertamina NRE, Intip Prospek Bisnis Pertamina Geothermal (PGEO)



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tren pelemahan harga saham tengah menaungi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dalam beberapa waktu terakhir. Namun demikian, tren negatif tersebut dinilai tidak mencerminkan prospek bisnis PGEO ke depan, yang diklaim masih menjanjikan.

"Kita tahu kondisi market di level global dan juga domestik masih cukup volatile. Ini yang lebih dominan (menekan harga saham PGEO), sehingga relatif tidak berkaitan dengan fundamental bisnis perusahaan," ujar Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR), Fabby Tumiwa.

Menurut Fabby, prospek bisnis PGEO cukup cerah mengingat posisinya sebagai bagian dari entitas bisnis di bawah subholding Pertamina New Renewable Energy (NRE).


Baca Juga: Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Catat Pendapatan US$ 747.000 dari Kredit Karbon

Menurut Fabby, Pertamina NRE merupakan bentuk diversifikasi bisnis dari Pertamina yang ke depan diharapkan bakal menjadi bakcbone bisnis baru, menggantikan sektor minyak dan gas (migas) yang tren bisnisnya semakin menurun signifikan.

"Banyak orang belum paham bahwa ke depan Pertamina NRE ini justru akan menjadi core business andalan Pertamina, seiring makin ditinggalkannya bisnis migas yang dinilai sebagai energi kotor yang tidak layak lagi dipakai di masa mendatang," tutur Fabby.

Sebagaimana diketahui, tren pengembangan energi dunia mulai meninggalkan penggunaan energi fosil yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

 
PGEO Chart by TradingView

Sebagai gantinya, langkah pengembangan energi global mulai mengarah pada pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), seperti halnya energi panas bumi.

"Sedangkan kita tahu, energi panas bumi yang menjadi backbone bisnis PGEO merupakan salah satu kekuatan utama Indonesia dalam pengembangan penggunaan EBT di masa mendatang," ungkap Fabby.

Baca Juga: Utang Jangka Pendek PGEO Melonjak, Berpotensi Hambat Rencana Ekspansi

Misalnya saja, Fabby mencontohkan, langkah pemerintah yang telah memasang target peningkatan pemanfaatan energi panas bumi minimal mencapai 7 gigawatt pada 2030 mendatang.

"Dari target kapasitas itu, sekitar 2 gigawatt akan kita dapat dari (hasil produksi) PGEO. Itu artinya ke depan mereka bakal menjadi market leader di bisnis panas bumi di Indonesia," papar Fabby.

Selain itu, Fabby juga mengingatkan bahwa bisnis panas bumi dan renewable energy merupakan salah satu jenis investasi yang sifatnya jangka panjang (long term investment).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli