JAKARTA. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) menegaskan transformasi menjadi bank devisa sama sekali tidak mengubah fokus bisnisnya. Terutama soal melayani segmen mass market. Langkah menjadi bank devisa, justru akan meningkatkan pelayanan BTPN kepada nasabah secara lebih optimal. Seperti diketahui, BTPN memiliki empat unit bisnis BTPN, yaitu BTPN Sinaya – unit bisnis pendanaan, BTPN Purna Bakti – unit bisnis yang fokus untuk melayani nasabah pensiunan, BTPN Mitra Usaha Rakyat – unit bisnis yang fokus untuk melayani pelaku usaha mikro dan kecil, dan BTPN Mitra Bisnis – unit bisnis yang fokus melayani pelaku usaha kecil dan menengah. "Kami berharap dengan beroperasinya BTPN sebagai bank devisa akan semakin meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap BTPN serta memungkinkan kami untuk melayani segmen masyarakat lebih luas lagi," terang Anika Faisal, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan BTPN kepada KONTAN, Rabu (18/2). Namun, lanjut Anika, layanan bank devisa baru bisa dilakukan di beberapa cabang. Adapun melalui status baru ini, BTPN tetap mengincar tentu nasabah eksisting, sambil menciptakan peluang menjaring nasabah-nasabah baru. Terkait fluktuasi rupiah dalam beberapa waktu ini, BTPN berpendapat, langkah menjadi bank devisa sudah dipertimbangkan cukup lama, dan sepenuhnya didorong oleh keinginan untuk bisa melayani masyarakat secara lebih luas dan lebih optimal. "Jadi, kami tidak terlalu mempertimbangkan faktor lain di luar itu, termasuk soal fluktuasi kurs," ujar Anika. Sayang, Anika belum bisa menyampaikan target-target bisnis BTPN dengan status barunya ini. Anika hanya bilang, saat ini pihakya masih dalam tahap konsolidasi dan memperkuat struktur kami setelah menyandang status bank devisa. Asal tahu saja, BTPN resmi beroperasi sebagai bank devisa pada Selasa (16/2). Adapun pengajuan izin BTPN untuk menjadi bank devisa sudah dilakukan sejak tahun 2015. Saat itu, Anika bilang, proses perubahan BTPN dari bank non devisa menjadi bank devisa adalah membuka peluang untuk memperoleh sumber pendanaan dalam bentuk valuta asing.
Jadi bank devisa, BTPN tak ubah fokus bisnis
JAKARTA. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) menegaskan transformasi menjadi bank devisa sama sekali tidak mengubah fokus bisnisnya. Terutama soal melayani segmen mass market. Langkah menjadi bank devisa, justru akan meningkatkan pelayanan BTPN kepada nasabah secara lebih optimal. Seperti diketahui, BTPN memiliki empat unit bisnis BTPN, yaitu BTPN Sinaya – unit bisnis pendanaan, BTPN Purna Bakti – unit bisnis yang fokus untuk melayani nasabah pensiunan, BTPN Mitra Usaha Rakyat – unit bisnis yang fokus untuk melayani pelaku usaha mikro dan kecil, dan BTPN Mitra Bisnis – unit bisnis yang fokus melayani pelaku usaha kecil dan menengah. "Kami berharap dengan beroperasinya BTPN sebagai bank devisa akan semakin meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap BTPN serta memungkinkan kami untuk melayani segmen masyarakat lebih luas lagi," terang Anika Faisal, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan BTPN kepada KONTAN, Rabu (18/2). Namun, lanjut Anika, layanan bank devisa baru bisa dilakukan di beberapa cabang. Adapun melalui status baru ini, BTPN tetap mengincar tentu nasabah eksisting, sambil menciptakan peluang menjaring nasabah-nasabah baru. Terkait fluktuasi rupiah dalam beberapa waktu ini, BTPN berpendapat, langkah menjadi bank devisa sudah dipertimbangkan cukup lama, dan sepenuhnya didorong oleh keinginan untuk bisa melayani masyarakat secara lebih luas dan lebih optimal. "Jadi, kami tidak terlalu mempertimbangkan faktor lain di luar itu, termasuk soal fluktuasi kurs," ujar Anika. Sayang, Anika belum bisa menyampaikan target-target bisnis BTPN dengan status barunya ini. Anika hanya bilang, saat ini pihakya masih dalam tahap konsolidasi dan memperkuat struktur kami setelah menyandang status bank devisa. Asal tahu saja, BTPN resmi beroperasi sebagai bank devisa pada Selasa (16/2). Adapun pengajuan izin BTPN untuk menjadi bank devisa sudah dilakukan sejak tahun 2015. Saat itu, Anika bilang, proses perubahan BTPN dari bank non devisa menjadi bank devisa adalah membuka peluang untuk memperoleh sumber pendanaan dalam bentuk valuta asing.