KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah berjaya tahun lalu, indeks sektor energi (IDX Energy) kini kehilangan taji. Sejak awal tahun atau secara
year-to-date (YtD), indeks yang berisikan emiten tambang batubara hingga minyak dan gas (migas) ini terkoreksi hingga 15,20%. Koreksi ini membuat indeks sektor energi menjadi indeks sektoral yang paling jeblok. Penurunan indeks sektor energi disusul oleh sektor barang baku dengan koreksi 10,42% dan sektor kesehatan yang terkoreksi 6,32% Koreksi yang menimpa sektor energi tidak terlepas dari koreksi yang menimpa saham-saham penghuni indeks ini. Kontan.co.id mencatat, saham emiten batubara hingga migas mengalami koreksi berjamaah.
Sebut saja saham PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) yang melemah 6,78% secara ytd, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG) melemah 27,55%, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) melemah 27,27%, PT Indika Energy Tbk (
INDY) melemah 23,08%, dan saham PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) melemah 24,84% sejak awal tahun.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.755 Hari Ini (11/5), MAPA, BBCA, TLKM Paling Banyak Net Sell Asing Emiten di sektor minyak dan gas juga kompak terkoreksi sejak awal tahun, sebut saja saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS) melemah 19,32%, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) melemah 7,88% , dan saham PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA) melemah tipis 1,07%. Secara teknikal, analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menilai, rata-rata saham emiten energi memang sudah menunjukkan sinyal
death cross pada indikator MACD di chart bulanan. Sehingga, tren besar saham di sektor ini berada di fase
bearish dan rawan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan. Dengan demikian, yang bisa dimanfaatkan saat ini adalah teknikal
rebound dan cenderung berspekulasi. “Oleh karena itu disarankan dalam jumlah yang terbatas secara proporsi terhadap portofolio investor,” kata Ivan kepada Kontan.co.id, Kamis (11/5). Dari sisi komoditas, sejumlah analis meramal pergerakan harga komoditas bakal fluktuatif tahun ini. Untuk minyak misalnya, analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menyebut investor awalnya mengantisipasi adanya pelemahan permintaan seiring perlambatan ekonomi global, Namun, hal tersebut direspons oleh pemotongan produksi oleh OPEC+
Baca Juga: Prediksi IHSG Tembus 7.200 di Akhir 2023, Cek Rekomendasi Saham Ajaib Sekuritas Selain pemangkasan produksi oleh OPEC+, hubungan diplomatik antara negara di kawasan Arab dan Amerika Serikat (AS) juga bakal menentukan harga minyak ke depan. Proyeksi Felix, harga minyak dunia tahun ini akan berada di level US$ 80 sampai US$ 85 per barel. “Harga minyak ini berdampak positif untuk harga jual rata-rata alias
average selling price (ASP) emiten-emiten migas secara umum,” kata Felix, Kamis (11/5). Permintaan terhadap bahan bakar minyak (BBM) juga masih tinggi, yang akan menguntungkan emiten penyalur BBM seperti PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). Analis MNC Sekuritas Andrew Sebastian Susilo mengatakan, permintaan BBM milik AKRA akan solid seiring dengan meningkatnya mobilitas pascapandemi. Jumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) BP-AKR juga akan meningkat menjadi 50 unit SPBU pada tahun ini. Proyeksi dia, segmen perdagangan dan distribusi BBM diekspektasikan berkontribusi sebesar Rp 39,2 triliun kepada pendapatan AKRA, dengan asumsi harga minyak dunia Brent berada di level US$ 88 per barel dan dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 10.008.
Baca Juga: Investor Lebih Selektif, Simak Catatan dan Rekomendasi Untuk Saham-Saham IPO Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario mengatakan, menurut konsensus, harga batubara Newcastle diproyeksikan masih berpeluang
rebound ke area US$ 190 per ton menjelang kuartal ketiga dan keempat 2023. Peluang
rebound ini menimbang faktor
seasonality (musiman) peningkatan produksi baja dan aluminium yang membutuhkan energi pada musim gugur, serta persiapan menjelang musim dingin. Dus, dia melihat ke depan kinerja emiten batubara bakal melandai, seiring normalisasi konflik Rusia-Ukraina dan berkurangnya gangguan
supply-demand. Terlebih, saat ini dunia sedang dibayangi potensi resesi yang berpeluang menekan harga energi lebih dalam lagi.
Alif menyematkan rekomendasi
hold saham ADRO dengan target harga Rp 3.100 per saham. Sementara Andrew menyematkan rekomendasi
buy saham AKRA dengan target harga Rp 1.770 per saham. Felix merekomendasikan
buy saham MEDC dengan target harga Rp 1.315 per saham dan
buy saham PGAS dengan target harga Rp 2.100 per saham. Sementara menurut Ivan ada beberapa saham sektor energi yang sekiranya masih menarik untuk dilakukan
speculative buy di antaranya INDY dengan
support Rp 2.000 dan
resistance Rp 2.220, PGAS dengan
support Rp 1.340 dan
resistance Rp 1.480, ADRO dengan
support Rp 2.680 dan
resistance Rp 2.990, dan PTBA dengan
support Rp 3.340 dan
resistance Rp 3.650. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati