KONTAN.CO.ID - KUALA TANJUNG. Resmi menyandang status sebagai induk dalam holding BUMN Pertambangan per akhir bulan lalu, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum mulai menyusun rencana melibatkan anak-anak perusahaan. Mereka bercita-cita swadaya bahan baku aluminium yakni alumina. Tujuannya mengurangi ketergantungan impor. Selama ini, Inalum mengimpor alumina dengan harga sekitar US$ 350 per ton. Padahal bahan pembuat alumina yakni bauksit, berlimpah di Kalimantan. Harga ekspor bauksit tersebut hanya US$ 20–US$ 30 per ton. Adapun harga aluminium kini mencapai US$ 2.100 per ton. Carry EF Mumbunan, Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) menggambarkan, butuh 2 ton bauksit untuk memproduksi 1 ton alumina. Sementara untuk membuat 1 ton aluminium memerlukan 2 ton alumina.
Jadi induk, Inalum akan mengoptimalkan anak
KONTAN.CO.ID - KUALA TANJUNG. Resmi menyandang status sebagai induk dalam holding BUMN Pertambangan per akhir bulan lalu, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum mulai menyusun rencana melibatkan anak-anak perusahaan. Mereka bercita-cita swadaya bahan baku aluminium yakni alumina. Tujuannya mengurangi ketergantungan impor. Selama ini, Inalum mengimpor alumina dengan harga sekitar US$ 350 per ton. Padahal bahan pembuat alumina yakni bauksit, berlimpah di Kalimantan. Harga ekspor bauksit tersebut hanya US$ 20–US$ 30 per ton. Adapun harga aluminium kini mencapai US$ 2.100 per ton. Carry EF Mumbunan, Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) menggambarkan, butuh 2 ton bauksit untuk memproduksi 1 ton alumina. Sementara untuk membuat 1 ton aluminium memerlukan 2 ton alumina.