KONTAN.CO.ID - SANGATTA. Kisruh yang melanda Grup Adani masih menjadi sorotan dunia. Konglomerat asal India ini dituding telah memanipulasi keuangan dan menggoreng harga sahamnya sehingga naik gila-gilaan. Akibat tuduhan skandal tersebut, harga saham emiten Grup Adani anjlok puluhan persen. Saham Adani Power misalnya, turun 46,9% dalam sebulan terakhir menjadi INR 148,2 per saham pada penutupan bursa, Selasa (14/2). Harta Gautam Adani, taipan India pemilik Adani Group, pun anjlok ratusan miliar dollar AS. Kurang dari dua pekan setelah terungkap tuduhan skandal tersebut, nilai kekayaan orang terkaya keempat dunia ini turun dari US$ 120 miliar atau sekitar Rp 1.800 triliun menjadi US$ 61 miliar atau setara Rp 915 triliun (kurs US$ 1=Rp 15.000).
Kendati efek kisruh yang menimpa Adani begitu dahsyat dan menyebabkan duit ratusan miliar dollar AS menguap, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menyatakan tak terpengaruh oleh persoalan ini. Apa hubungannya Adani dengan BUMI? Asal tahu saja, Adani merupakan pembeli batubara produksi PT Kaltim Prima Coal (KPC), anak usaha BUMI. “Adani merupakan salah satu konsumen kami. Soal sejak kapan membeli batubara KPC dan berapa volume pembeliannya, saya harus mengecek data-datanya,” kata Achmad Reza Widjaja, Vice President Investor Relations and Chief Economist BUMI, di Sangatta, Selasa (14/2).
Baca Juga: Saham Adani Group Reli Usai Market Value Anjlok US$ 113 Miliar Reza juga menandaskan bahwa persoalan yang melanda Grup Adani tidak berdampak terhadap induk usaha pertambangan milik Grup Bakrie tersebut. “Sehubungan dengan berita viral mengenai masalah ini, kami menyatakan BUMI tidak terpengaruh oleh kejadian yang dialami Adani,” tegas Reza. Yang terang, kendati tengah ditimpa oleh tuduhan skandal keuangan, Adani masih memborong batubara dari tambang batubara milik KPC di Sangatta, Kalimantan Utara. Bahkan tercatat pada 13 Februari 2023, sebuah kapal angkut bernama Ojas dijadwalkan mengisi muatan batubara seberat 135.000 metrik ton di Terminal Batubara Tanjung Bara milik KPC. Pemesan batubara tersebut tertulis atas nama Adani. Sekadar berkilas balik, tuduhan bahwa Adani memanipulasi saham serta berbagai kejahatan keuangan lain tertuang dalam laporan yang dibuat oleh Hindenburg Research. Laporan tersebut dipublikasikan pada 24 Januari 2023. Laporan Hindenburg menyatakan bahwa Grupa Adani telah melakukan aksi manipulasi keuangan selama bertahun-tahun, dengan tujuan untuk menggoreng dan mengerek harga saham emiten Grup Adani. Berkat aksi goreng-menggoreng saham tersebut, kekayaan Gautama Adani pun terus melesat dan menempatkannya di jajaran orang terkaya dunia. Hingga pekan ketiga Januari 2023 lalu, Gautam Adani ditaksir memiliki kekayaan US$ 120 miliar, dan langsung ambrol menjadi US$ 61 miliar sejak muncul tuduhan dari Hindenburg. Sejauh ini para petinggi Grup Adani menampik berbagai tuduhan Hindenburg. Mereka menilai isi laporan Hinderburg tidak berdasar dan berisi informasi yang menyesatkan.
Chief Financial Officer Grup Adani Jugeshinder Singh menyatakan, Hindenburg tidak pernah mencoba untuk menghubungi Grup Adani dan memverifikasi temuannya. Ia menyatakan bahwa tuduhan yang dibuat Hindenburg tidak berdasar yang bertujuan mendiskreditkan serta merusak nama baik Grup Adani. Oleh karena itu, Grup Adani berencana menempuh jalur hukum dan menyeret Hindenberg ke pengadilan.
Baca Juga: Investor Saham Terbesar di Dunia Jual Sisa Saham di Perusahaan Adani Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat