Jadi Pemegang Saham Merdeka Battery (MBMA), Ini Kata Boy Thohir Soal Prospek Nikel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nama Garibaldi Thohir sudah tidak asing di dunia pertambangan tanah air. Pria yang akrab disapa Boy Thohir ini tercatat menjadi pemegang saham di sejumlah emiten pertambangan, salah satunya PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).

Boy tercatat mengempit 11,96 miliar saham MBMA atau setara 11,14%.

Boy menilai, prospek nikel memiliki masa depan yang cerah. Seperti yang diketahui saat ini era kendaraan listrik alias electric vehicle (EV) sedang menjamur. Ini membuat masa depan nikel Indonesia cukup bagus


“Kita harus terima kasih banyak dengan pemerintah, khususnya pak Jokowi. Karena menurut saya kalau kita tidak diarahkan dan tidak diberi semangat untuk terus melakukan hilirisasi, mungkin tidak banyak perusahaan seperti MBMA  dan perusahaan lain yang bisa melantai di bursa,” kata Boy.

Sejauh ini, Boy melihat tidak ada tantangan dan hambatan dalam hilirisasi nikel, “So far so good dan potensinya bagus,” sambung dia. Di sisi lain, Boy tidak menampik adanya persaingan (kompetisi). Namun, persaingan adalah sesuatu hal yang biasa di dalam industri.

Baca Juga: Baru IPO, Merdeka Battery (MBMA) akan Digandeng VW Garap Ekosistem Baterai Listrik

Dalam gelaran initial public offering (IPO), MBMA melepas sebanyak 11,55 miliar saham baru. MBMA menetapkan harga pelaksanaan IPO sebesar Rp 795 per saham. Harga IPO tersebut merupakan level tertinggi dari penawaran saham IPO MBMA yang ditetapkan pada rentang harga Rp 780 – Rp 795 per saham.

Sehingga, MBMA meraup dana segar sekitar Rp 9,2 triliun dengan nilai kapitalisasi pasar saham mencapai Rp 85,9 triliun.

berencana menggunakan dana hasil IPO antara lain untuk membiayai pembangunan dan pengembangan sejumlah proyek pemrosesan nikel seperti fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) I tahap I dengan kapasitas 60.000 ton per tahun untuk menghasilkan material dalam rantai nilai bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik.

 
BMBA Chart by TradingView

Sebagian lainnya akan digunakan untuk memperkuat modal kerja anak usaha, di antaranya PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang merupakan perusahaan tambang nikel dengan salah satu sumber daya terbesar di dunia dalam hal kandungan nikel.

Saat ini SCM memiliki sumber daya lebih dari 1,1 miliar bijih dry metric tonne yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,22% Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08% Co. Kapasitas produksi tambang SCM diperkirakan akan mencapai 14,6 juta wet metric tonnes pada 2024. MBMA juga akan memakai dana IPO untuk melunasi pinjaman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari