Jadi Pilihan Masyarakat Daerah, Bisnis Keaganen Perbankan Terus Melanju



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Saat ekonomi kelas menengah ke bawah sedang melemah, bisnis keagenan perbankan justru menjadi salah satu solusi bagi masyarakat untuk mendapatkan pembiayaan dan layanan keuangan yang mudah dijangkau.

Buktinya, pendapatan sejumlah bank tumbuh melalui bisnis keagenan. PT Bank Raya Indonesia Tbk misalnya, dengan mengandalkan ekosistem dari induknya Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui agen laku pandai seperti Agen BRILink dan Agen Gadai, Bank Raya turut mendukung produktivitas usaha nasabah melalui pembiayaan jangka pendek berupa Pinang Dana Talangan yang dapat diakses secara digital.

Bahkan, Bank Raya baru saja mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memberikan layanan laku pandai atau Agen Bank Raya.


"Kami baru menerima ijin penyelenggaraan dari OJK di bulan Juni 2024, sehingga saat ini masih dalam tahap awal pengembangan bisnis. Namun kedepannya, Bank Raya optimis untuk prospek pengembangan bisnis laku pandai, mengingat agen laku pandai akan memudahkan masyarakat dalam melakukan transaksi keuangannya, tanpa perlu ke kantor bank," ungkap Rustarti Suri Pertiwi, Direktur Keuangan Bank Raya kepada Kontan, Senin (7/10).

Baca Juga: Bank Raya Dirikan Agen Laku Pandai dan Perluas Akses Tarik Tunai Tanpa Kartu

Lebih lanjut ia menjelaskan, dengan adanya pengalaman berkolaborasi dengan para agen laku pandai BRI, ini akan menjadi modal dalam pengembangan bisnis laku pandai Bank Raya kedepannya.

"Apalagi dengan menerapkan strategi berkolaborasi dan bersinergi  dengan Agen BRILink ataupun agen lainnya seperti Agen Pegadaian di dalam ekosistem BRI Group maka perkembangan bisnis laku pandai akan prospektif," ungkap wanita yang akrab disapa Tiwi. 

Dalam rinciannya, pertumbuhan produk Pinang Dana Talangan Bank Raya mencapai Rp 10,7 triliun per Agustus 2024, atau tumbuh 66,33% yoy dari tahun sebelumnya sebesar Rp 6,1 triliun. Pinang Dana Talangan telah diakses oleh lebih dari 33 ribu Agen BRILink di seluruh Indonesia. Selain itu, sejak April 2024, Pinang Dana Talangan juga terus memperluas akses dengan menjangkau Agen Gadai.

Sementara itu, BRI dengan total 1 juta Agen BRILink, mencatatkan transaksi lebih dari Rp 800 triliun per Juli 2024, dimana turut berkontribusi pada pendapatan non bunga atau fee based income sebesar Rp 895,4 miliar.

Senior Executive Vice President (SEVP) Ultra Micro BRI Muhammad Candra Utama mengatakan, dengan meningkatnya aksesibilitas layanan keuangan, BRI berperan penting dalam pemerataan ekonomi dan peningkatan kemampuan masyarakat. 

Candra juga bilang, Agen BRILink menciptakan peluang usaha bagi warga di berbagai daerah, khususnya di wilayah yang sebelumnya tidak terjangkau oleh layanan perbankan. Dengan demikian, BRI turut mendukung pemberdayaan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja baru dan pertumbuhan ekonomi lokal secara signifikan melalui sharing economy.

Baca Juga: Transaksi Agen Laku Pandai Perbankan Masih Tetap Tumbuh Subur

Segendang sepenarian dengan Bank Negara Indonesia (BNI) melalui layanan BNI Agen46. Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo Budiprabowo mengatakan, hingga Juni 2024 BNI Agen46 telah membukukan 42,88 juta transaksi, tumbuh 14,0% dibandingkan tahun lalu. 

"Meskipun menghadapi tantangan ekonomi, BNI Agen46 mampu menghasilkan pertumbuhan transaksi yang memberikan kontribusi yang substansial terhadap Pendapatan fee based income. Peningkatan yang dihasilkan tersebut juga sejalan dengan peningkatan tambahan pendapatan bagi BNI Agen46 sebagai mitra," ungkap Okki kepada Kontan, Senin (7/10).

Lebih lanjut Okki bilang, pencapaian ini merupakan hasil dari upaya berkelanjutan dalam meningkatkan perbaikan proses bisnis, pengelolaan yang efektif, serta peningkatan komposisi transaksi berbayar melalui BNI Agen46.

Dengan demikian, BNI tetap optimis terhadap prospek BNI Agen46. Perseroan memproyeksikan bahwa hingga akhir tahun 2024, transaksi BNI Agen46 akan mencapai 110 juta, tumbuh 28% YoY. Sementara itu, kontribusi pendapatan fee based income diperkirakan akan meningkat hingga Rp 228 miliar, menunjukkan pertumbuhan yang impresif sebesar 147% YoY.

Selanjutnya: Menilik Kesiapan Industri Mebel dan Kerajinan Hadapi Kebijakan EUDR

Menarik Dibaca: Cara Minum Cuka Apel untuk Diet, Benarkah Efektif Turunkan BB?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih