Jadi senjata dalam perang dagang, China perbesar kontrol atas pasokan tanah jarang



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. China sedang bersiap untuk memperketat cengkeramannya untuk pasokan tanah jarang alias mineral yang sangat dibutuhkan oleh pelaku industri teknologi global.

Dilansir dari CNN, pemerintah provinsi Jiangxi berencana untuk memberikan dukungan kepada perusahaan milik negara yakni Bumi Rare China Selatan (CSRE) yang merupakan produsen tanah jarang terbesar untuk meningkatkan kemampuan dan keunggulan dari kompetitor.

Jiangxi yang merupakan salah satu pusat pengolahan tanah jarang terbesar di China sedang mempertimbangkan cara untuk meningkatkan peran CSRE dan mendorong pengembangan berkualitas tinggi.

Hal ini memperkuat kabar rencana China untuk mengkonsolidasikan industri di sektor ini serta memperkuat kontrol dari produksi tanah jarang. Di mana tanah jarang sendiri disebut-sebut sebagai salah satu senjata yang akan digunakan Beijing dalam negosiasi perang dagang dengan Amerika Serikat.

Tanah jarang adalah 17 mineral dengan sifat magnetik dan konduktif yang membantu memberi daya pada sebagian besar perangkat elektronik. Tanah jarang juga sangat penting untuk produksi smartphone, tablet dan peralatan elektronik lain.

Sementara menurut US Geological Survey, China mengendalikan lebih dari 90% produksi tanah jarang global. China juga menyumbang 80% dari semua mineral tanah jarang yang diimpor oleh Amerika Serikat antara tahun 2014 dan 2017.

Sebelumnya pada kunjungan ke provinsi Jiangxi pada bulan Mei lalu, Presiden China Xi Jinping menggambarkan tanah jarang sebagai sumber daya strategis yang penting. Beberapa hari kemudian, pemerintah China mengisyaratkan bahwa Beijing bersedia menjadikan tanah jarang sebagai salah satu andalan dalam negosiasi perdagangan.

Editor: Tendi Mahadi