Jaga kinerja, Bukit Asam (PTBA) akan fokus efisiensi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah harga komoditas batubara yang masih berfluktuatif, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melanjutkan strategi efisiensi untuk menjaga kinerja. PTBA bahkan akan membentuk tim efisiensi untuk mencari dan mengidentifikasi pos-pos yang biayanya bisa ditekan.

“Strategi di semester kedua tetap efisiensi. Karena hanya ini ini yang bisa kami kontrol. Harga batubara tidak bisa kami kontrol. Kami lihat masih banyak peluang-peluang efisiensi yang bisa kami lakukan,” ujar Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin saat paparan kinerja yang digelar secara virtual, Rabu (30/9).

Adapun efisiensi yang dilakukan antara lain menurunkan biaya usaha dan biaya pokok produksi. Caranya antara lain melalui penerapan berbagai optimasi biaya penambangan seperti pemangkasan jarak angkut dan penurunan rasio pengupasan (stripping ratio).


Meski gencar melakukan efisiensi, Arviyan menegaskan PTBA tidak akan mengurangi jumlah karyawan (PHK). Arviyan juga menegaskan, hak-hak dan kesejahteraan  karyawan PTBA masih tetap dipenuhi.

Baca Juga: Terdampak pandemi, laba bersih Bukit Asam (PTBA) anjlok 35% di semester I-2020

Selain efisiensi, PTBA juga berusaha mencari pasar baru ke segmen pasar tradisional, seperti ke Kamboja, Pakistan, Bangladesh, hingga Sri Lanka, yang sampai saat ini kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) masih cukup tinggi. “Permintaan batubara masih ada di sana, harga jual juga masih baik,” kata Arviyan.

Per semester I-2020, emiten pertambangan batubara pelat merah ini membukukan laba bersih senilai Rp 1,28 triliun. Realisasi ini turun 35,8% dari torehan laba bersih Bukit Asam pada semester pertama 2019 yang kala itu mencapai Rp 2,0 triliun.

Penurunan bottomline ini seiiring dengan penurunan pendapatan bersih PTBA yang mencapai 15,09% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 9,01 triliun dari sebelumnya mencapai Rp 10,61 triliun.

Baca Juga: Awal Oktober 2020, PLTS buatan Bukit Asam (PTBA) akan beroperasi di Bandara Soetta

Arviyan bilang, kinerja PTBA selama semester I-2020 terdampak oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India. Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas PTBA. Penurunan konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak pada penyerapan batubara domestik.

Untuk diketahui, dari total pendapatan PTBA, sebanyak Rp 5,40 triliun atau 60% merupakan pendapatan dari penjualan ke pasar dalam negeri.

Merosotnya harga batubara juga menjadi biang keladi meredupnya kinerja PTBA. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) pada semester I-2020 imrosot 20%, dari semula US$ 65,93 per ton pada bulan Januari 2020 menjadi US$ 52,98 per ton pada bulan Juni 2020.

Baca Juga: Harga komoditas tertekan, kinerja keuangan anak usaha MIND ID merosot

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati