KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Estika Tata Tiara Tbk (
BEEF) melakukan pergeseran fokus pada lini-lini bisnis bernilai tambah mulai dari penjualan daging portion cut, makanan olahan, hingga bisnis logistik rantai dingin atau
cold chain. Direktur Utama PT Estika Tata Tiara Tbk, Yustinus Sadmoko mengatakan, upaya transformasi bisnis tersebut dilakukan sebagai upaya adaptasi bisnis perusahaan di tengah kondisi pandemi Covid-19. “Saat ini, itu adalah strategi yang paling masuk akal dan kita yakini akan membawa kembali perusahan kita kepada profitabilitas,” ujar Yustinus dalam acara paparan publik yang berlangsung secara virtual, Senin (21/12).
Mengintip laporan keuangan perusahaan, BEEF memang masih membukukan rugi bersih di sembilan bulan pertama. Tercatat, rugi bersih diatribusikan kepada pemilik entitas induk BEEF mencapai sebesar Rp 101,68 miliar di sepanjang Januari-September 2020.
Baca Juga: Kurang menguntungkan, Estika Tata Tiara (BEEF) kurangi aktivitas pemeliharaan sapi Sebelumnya, BEEF masih mampu membukukan laba bersih diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 46,17 miliar pada periode sama tahun lalu. Sementara itu, realisasi penjualan BEEF tercatat turun tipis 1,72% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 903,25 miliar pada Januari-September 2019 menjadi Rp 87,64 miliar di Januari-September 2020. Yustinus menjelaskan, lini bisnis perusahaan di tingkat hulu (
commodity business) seperti bisnis
feedlot serta meatpacking & beef trading memang tertekan di tengah pandemi. Biang keroknya antara lain disebabkan oleh harga jual produk-produk tersebut yang menurun. Maklumlah, permintaan produk-produk ini melemah seiring berkurangnya aktivitas atau acara-acara seperti pesta pernikahan, pesta lebaran, dan lain-lain. Sebaliknya, permintaan produk-produk bernilai tambah seperti halnya makanan olahan dari sektor ritel groceries justru meningkat permintaannya. Di sisi lain, bisnis penjualan produk-produk ini juga jadi menguntungkan seiring turunnya harga bahan baku di tingkat hulu sehingga penjualan produk-produk tersebut diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Sejalan dengan prospek pasar produk-produk pangan olahan yang membaik, permintaan untuk jasa logistik cold chain juga diproyeksikan ikut membaik. Itulah sebabnya, strategi pergeseran fokus bisnis ke produk-produk bernilai tambah. Meski begitu, Yustinus memproyeksi bahwa BEEF belum akan mampu membukukan laba bersih pada tahun ini, sebab upaya pergeseran fokus ke arah produk bernilai tambah baru dilakukan oleh perusahaan pada awal paruh kedua tahun ini.
Yustinus memproyeksikan, kontribusi bisnis bernilai tambah dalam total omset BEEF baru akan berkontribusi sekitar 25%-30% dari total perolehan top line perusahaan. Taksiran Yustinus, kontribusi bisnis bernilai tambah baru akan mencapai 50% dari total perolehan omset pada tahun depan. Selain melakukan transformasi bisnis, BEEF juga terus berupaya menggencarkan efisiensi bisnis untuk mengejar profitabilitas. Hal ini ditempuh melalui berbagai cara seperti memangkas gaji direksi minimal sebesar 40%, melakukan penyesuaian jumlah tenaga kerja dengan tidak memperpanjang kontrak-kontrak yang dirasa kurang mendesak dan sudah habis masa kontraknya, meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan distribusi dan pemasaran, serta mengurangi kegiatan-kegiatan non esensial seperti hiburan dan perjalanan-perjalan yang dirasa kurang perlu. “Upaya-upaya ini sedang dan masih akan terus kami lakukan lagi, kami juga akan sisir lagi apa lagi yang bisa kita lakukan (untuk menghemat biaya),” tambah Yustinus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat