KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan
imported inflation (inflasi dari barang impor) perlu menjadi perhatian, dalam menjaga inflasi tahun 2023. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengungkapkan, ini karena sebagian besar barang yang diimpor oleh Indonesia adalah bahan mentah untuk diolah di dalam negeri. "
Imported inflation harus dipantau, karena sebagian besar impor Indonesia adalah barang mentah," tegas Faisal kepada Kontan.co.id, Selasa (3/1).
Barang mentah impor tersebutlah yang akhirnya diolah untuk menjadi produk yang dijual di dalam negeri.
Baca Juga: Awal Tahun 2023, Inflasi Berpeluang Tetap Melampaui Target BI Bila harga bahan bakunya saja mengalami peningkatan, khawatirnya harga output barang juga meningkat dan akan mempengaruhi tingkat inflasi dalam negeri. Kabar baiknya, saat ini tekanan inflasi global mulai menurun. Pun, ini mempengaruhi harga barang mentah yang diimpor oleh Indonesia. Dengan kondisi ini, harapannya jarak antara inflasi dari sisi suplai dan sisi permintaan akan mengecil, sehingga tekanan
imported inflation tak akan sebesar tahun 2022. Namun baiknya sedia payung sebelum hujan, Faisal tetap mengimbau agar otoritas melakukan upaya untuk menekan dampak
imported inflation ke inflasi umum. Yaitu dengan menjaga pergerakan nilai tukar rupiah. Bila nilai tukar rupiah melemah, maka besar kemungkinan ongkos impor akan meningkat. Kemudian, menjaga suplai pangan dalam negeri. Terlebih, sebagian besar suplai pangan Indonesia tak harus impor.
Baca Juga: BPS: Inflasi Desember Naik Karena Faktor Musiman "Inflasi pangan saat ini juga dalam tren menurun, sehingga ini akan membantu menambah dampak inflasi impor untuk pangan," tuturnya. Lebih lanjut, Faisal memperkirakan inflasi Indonesia pada tahun 2023 akan berada di kisaran 3,60% secara tahunan. Tingkat inflasi ini sudah berada dalam kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 2% hingga 4%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi