Jaga likuiditas, biaya dana perbankan membengkak



JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan alias BI rate tahun lalu memaksa perbankan mengerek bunga simpanan demi menjaga likuiditas. Mekarnya bunga simpanan itu turut mendongkrak biaya dana (cost of fund) di industri perbankan.

Hingga akhir Maret tahun ini, biaya dana sejumlah bank membengkak dibandingkan akhir Maret tahun lalu. Bank Rakyat Indonesia (BRI),misalnya, mencatatkan biaya dana sebesar 3,94% per 31 Maret 2014. Angka itu naik dibandingkan posisi 31 Maret 2013 sebesar 3,54%.

"Cost of fund kami naik 40 basis poin. Ini dampak dari ketatnya persaingan bunga demi  mempertahankan dana pihak ketiga (DPK)," kata Direktur Keuangan BRI, Achmad Baiquni, belum lama ini.


Dia mengakui, persaingan memperebutkan DPK di kuartal I tahun ini lebih ketat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini tak lepas dari dampak kenaikan BI rate sebesar 150 basis poin selama paruh kedua tahun lalu.

"Mau tak mau, kami menyesuaikan bunga deposito agar likuiditas terjaga," ujar Baiquni.  Biar cost of fund tidak membesar, yang dapat menggerus kinerja, BRI mendongkrak giro dan tabungan atau current account saving account (CASA). BRI berupaya menjaga porsi CASA di kisaran 60% dari total DPK.

Bank Danamon juga mencatat kenaikan cost of fund menjadi 6,8% di kuartal I 2014 dari periode sama tahun lalu 4,6%. Vera Eve Lim, Direktur Keuangan Danamon, mengatakan meningkatnya biaya dana dipicu kenaikan bunga deposito menjadi 9% pada Maret 2014.

Bank milik Temasek Holdings ini mengerek bunga deposito sejak tahun lalu. Pada Maret 2013, bunga deposito Danamon 6,2%, kemudian naik menjadi 7,9% pada Desember 2013. Bunga dana mahal ini naik lagi 110 bps menjadi 9% pada Maret 2014. "Ke depan, kami berharap biaya dana turun," kata Vera.

Kuartal II dan kuartal III tahun ini akan terjadi kenaikan bunga kredit 150 bps-200 bps di beberapa segmen kredit, seperti korporasi, komersial serta usaha kecil dan menengah (UKM). Kenaikan bunga kredit ini menjadi penyeimbang kenaikan bunga simpanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri