JAKARTA. Kinerja PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) tahun lalu tak begitu menggembirakan. Laba perusahaan transportasi ini turun 10,94% dari Rp 132,61 miliar menjadi Rp 118,09 miliar. Agar kinerja tahun ini lebih baik, TAXI akan berusaha menjaga agar marginnya berada di posisi 15%. Tahun lalu margin laba bersih TAXI turun dari 19,3% ke posisi 13,72%. “Tahun ini, target margin kami sekitar 15%,” kata Direktur Keuangan TAXI David Santoso, kepada KONTAN, Rabu, (29/4). Agar target margin tersebut tercapai, ada beberapa strategi yang akan dilakukan TAXI. Pertama yaitu efisiensi atau efektivitas Bahan Bakar Minyak (BBM), dan juga mengkonsolidasikan penggunaan lahan di pool. Selain itu, TAXI juga akan mendorong Organisasi Gabungan Angkatan Darat (Organda) untuk mengerek tarif taksi. Sebab, tarif yang saat ini berlaku yakni Rp 7.500 per buka pintu, dinilai terlalu rendah. Untuk itu TAXI mengusulkan agar ada kenaikan tarif menjadi Rp 10.000 per buka pintu. David beralasan, taksi merupakan transportasi bagi kalangan menengah atas. Sementara, Undang-undang mengatur tarif ekonomi bagi taksi. Padahal transportasi taksi tak mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Ia juga menyarankan agar tarif taksi diatur berdasarkan batas bawah, bukanlah batas atas seperti saat ini. Tujuannya yakni agar memberi ruang terciptanya keadilan bagi industri taksi. David berharap, perubahan tarif taksi ini bisa terpenuhi di 2015. “Perusahaan menghadapi tekanan biaya. Harga BBM fluktuatif, pertalite, kenaikan Upah Minimum Regional (UMR), pajak kendaraan bermotor, dan lain-lain. Kalau biaya naik tapi pendapatan flat bagaimana. Di satu sisi harus diimbangi,” ujar David. David belum mau menceritakan seperti apa kinerjanya di kuartal pertama kemarin. Namun diakuinya bahwa kondisi saat ini agak berat karena penurunan daya beli masyarakat yang berdampak ke semua industri. Lebih lanjut, David mengaku bahwa TAXI cenderung konservatif dan mengerem ekspansinya di tahun ini. Ia menyebut, TAXI baru akan mulai berinvestasi di kuartal ketiga. Kegiatan yang dilakukan yakni meningkatkan utilisasi kendaraan dan memanfaatkan aset yang ada. Sekedar informasi, PT Saratoga Investama Sedaya akan mengambil 1,09 miliar saham atau 51% kepemilikan TAXI dari PT Rajawali Corpora. Investor Relation Rajawali, Christiantoko mengungkapkan bahwa saat ini Saratoga masih melakukan due diligence dengan Rajawali. Ia pun belum mau mengungkapkan berapa nilai divestasi TAXI tersebut. “Selesainya masih 2 sampai 3 bulan lagi,” kata Christiantoko, kepada KONTAN, beberapa waktu lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ingin margin 15%, TAXI usul tarif naik
JAKARTA. Kinerja PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) tahun lalu tak begitu menggembirakan. Laba perusahaan transportasi ini turun 10,94% dari Rp 132,61 miliar menjadi Rp 118,09 miliar. Agar kinerja tahun ini lebih baik, TAXI akan berusaha menjaga agar marginnya berada di posisi 15%. Tahun lalu margin laba bersih TAXI turun dari 19,3% ke posisi 13,72%. “Tahun ini, target margin kami sekitar 15%,” kata Direktur Keuangan TAXI David Santoso, kepada KONTAN, Rabu, (29/4). Agar target margin tersebut tercapai, ada beberapa strategi yang akan dilakukan TAXI. Pertama yaitu efisiensi atau efektivitas Bahan Bakar Minyak (BBM), dan juga mengkonsolidasikan penggunaan lahan di pool. Selain itu, TAXI juga akan mendorong Organisasi Gabungan Angkatan Darat (Organda) untuk mengerek tarif taksi. Sebab, tarif yang saat ini berlaku yakni Rp 7.500 per buka pintu, dinilai terlalu rendah. Untuk itu TAXI mengusulkan agar ada kenaikan tarif menjadi Rp 10.000 per buka pintu. David beralasan, taksi merupakan transportasi bagi kalangan menengah atas. Sementara, Undang-undang mengatur tarif ekonomi bagi taksi. Padahal transportasi taksi tak mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Ia juga menyarankan agar tarif taksi diatur berdasarkan batas bawah, bukanlah batas atas seperti saat ini. Tujuannya yakni agar memberi ruang terciptanya keadilan bagi industri taksi. David berharap, perubahan tarif taksi ini bisa terpenuhi di 2015. “Perusahaan menghadapi tekanan biaya. Harga BBM fluktuatif, pertalite, kenaikan Upah Minimum Regional (UMR), pajak kendaraan bermotor, dan lain-lain. Kalau biaya naik tapi pendapatan flat bagaimana. Di satu sisi harus diimbangi,” ujar David. David belum mau menceritakan seperti apa kinerjanya di kuartal pertama kemarin. Namun diakuinya bahwa kondisi saat ini agak berat karena penurunan daya beli masyarakat yang berdampak ke semua industri. Lebih lanjut, David mengaku bahwa TAXI cenderung konservatif dan mengerem ekspansinya di tahun ini. Ia menyebut, TAXI baru akan mulai berinvestasi di kuartal ketiga. Kegiatan yang dilakukan yakni meningkatkan utilisasi kendaraan dan memanfaatkan aset yang ada. Sekedar informasi, PT Saratoga Investama Sedaya akan mengambil 1,09 miliar saham atau 51% kepemilikan TAXI dari PT Rajawali Corpora. Investor Relation Rajawali, Christiantoko mengungkapkan bahwa saat ini Saratoga masih melakukan due diligence dengan Rajawali. Ia pun belum mau mengungkapkan berapa nilai divestasi TAXI tersebut. “Selesainya masih 2 sampai 3 bulan lagi,” kata Christiantoko, kepada KONTAN, beberapa waktu lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News