Jaga stabilitas ekonomi, Ekonom Core: Pembengkakan subsidi adalah pilihan terbaik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun realisasi subsidi hingga Oktober 2018 sudah membengkak, tapi pembengkakan belanja subsidi ini masih dinilai sehat.

Ekonom Core Indonesia Pieter Abdullah mengatakan pembengkakan angka subsidi  wajar seiring kenaikan harga minyak mentah dunia disertai pelemahan rupiah.

"Kalau kita lihat dari rasio defisit APBN 2018 yang masih dibawah 3% PDB maka kenaikan belanja subsidi ini masih sehat," ungkap Pieter Abdullah, Ekonom Core, Jumat (16/11).

Selama pemerintah tidak menaikkan harga BBM dan gas bersubsidi serta tarif listrik maka realisasi belanja subsidi akan terus membengkak.

Khususnya apabila melihat tujuan dari pemerintah menahan harga BBM bersubsidi dan tarif listrik adalah untuk mempertahankan daya beli masyarakat utamanya masyarakat bawah.

"Dengan tujuan ini saya kira pembengkakkan subsidi adalah pilihan terbaik," jelasnya.

Sebab pemerintah dihadapkan pada dua pilihan, apabila pemerintah mengurangi subsidi saat ini artinya harus menaikkan harga BBM dan tarif listrik. Dampaknya inflasi akan naik tinggi dan daya beli masyarakat bawah akan turun.

Ujungnya konsumsi rumah tangga serta pertumbuhan ekonomi akan terganggu. Kemiskinan dan pengangguran meningkat. "Jadi dampak makronya luas sekali," jelasnya.

Sementara bila BBM subsidi dan listrik dipertahankan maka belanja subsidi di APBN akan membengkak. Tapi ekonomi nasional relatif terjaga. "APBN saja yang tertekan secara terbatas masih dalam batas aman," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi