Jakarta. Kementerian Pertanian (Kemtan) telah menyetop impor jagung sejak bulan Juni 2016. Penyetopan impor ini berdampak tidak keluarnya izin impor jagung sebesar 1,5 juta ton untuk keperluan akhir tahun. Dengan pembatasan impor jagung ini, maka impor jagung pada tahun 2016 turun 60% dibandingkan impor jagung tahun 2015. Dampaknya, impor gandum untuk pakan ternak meningkat. Asosiasi Produsen Pakan Indonesia (APPI) mencatat sepanjang Januari – Juli 2016 ini telah mengimpor 1,9 juta ton gandum pakan ternak. Kemtan juga sempat mewacanakan membatasi impor gandum pakan ternak. Namun berdasarkan informasi dari sumber KONTAN, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) baru saja mendatangkan 200.000 ton gandum pada pekan lalu.
Namun sayang Presiden Direktur CPIN Thomas Effendy belum merespon pertanyaan KONTAN terkait kebenaran impor gandum tersebut. Belum ada kepastian apakah izin impor gandum ini sudah diperoleh sebelum ada wacana pembatasan impor jagung dan gandum atau setelahnya. Direktur Pakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kemtan Nasrullah mengatakan Kemtan belum mengeluarkan rekomendasi izin impor gandum kepada perusahaan mana pun dalam waktu dekat ini. Ia juga memastikan semua kebijakan terkait impor jagung dan gandum selalu dikoordinasikan dengan APPI. "Jadi kami tidak menghubungi satu-satu perusahaan, tapi APPI, dan APPI ini memwadahi seluruh industri pakan," ujar Nasrullah kepada KONTAN akhir pekan lalu. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan pada prinsipnya Kemtan bekerja bukan pada tutup dan buka impor. Kemtan selalu mempertimbangkan apakah suatu impor itu berguna bagi masyarakat atau tidak. "Pemerintah harus melindungi petani Indonesia, manakala berporduksi dan pemerintah harus mengendalikan impor," tandasnya. Ia menjelaskan, pemerintah berkewajiban melindungi petani jagung lokal dengan cara mengendalikan impor. Dalam mengendalikan impor ini, Amran mengatakan Kemtan sudah terlebih dahulu menghitung kondisi dan ketersediaan pasokan jagung maupun gandum pakan ternak di gudang para importir. "Yang pasti saat ini impor jagung turun 60%," tambahnya. Direktur Pengadaan Bulog Wahyu mengatakan berdasarkan hasil rapat dengan GPMT pihaknya telah menginformasikan kepada pemerintah ada kebutuhan jagung sebesar 1,5 juta ton sampai akhir tahun. Namun hingga kini, pemerintah belum memberikan lampu hijau apakah akan mengeluarkan izin impor jagung lagi atau tidak.
Dalam beberapa kesempatan Bulog memastikan pemerintah memiliki perhitungan yang matang terkait ketersediaan pasokan komoditas pangan sehingga tidak ada penugasan mendadak karena harga sudah terlanjur naik. Dampak dari pembatasn impor jagung ini justru membuat impor gandum meningkat. Berdasarkan data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat impor gandum Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Pada Juli 2014-Juni 2015 impor gandum mencapai 7,48 juta ton sementara pada Juli 2015-Juni 2016 impor gandum diprediksi naik menjadi 8,10 juta ton. Artinya dalam rentang setahun impor gandum naik sebesar 620.000 ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto