JAKARTA. Lelang online jagung pipilan asal NTB yang biasa digelar iPasar antara Senin sampai Jumat minggu lalu batal. Penyebabnya adalah jagung yang tak juga kering akibat curah hujan yang terus tinggi. “Volume jagung yang sudah disiapkan 4.000 ton. Namun mayoritas masih dalam proses pengeringan,” jelas Direktur iPasar Dean Novel. Untuk mengeringkan jagung pipilan, sebagian besar petani mengandalkan panas matahari. Hanya sedikit petani yang mengeringkan jagung menggunakan mesin pengering. Sayangnya, selama musim panen hujan tak kunjung reda. Di lain sisi, mesin pengering jagung yang tersedia tak sebanding dengan volume jagung yang harus dikeringkan. Di NTB yang merupakan salah satu sentra jagung pipilan, ambil contoh, jumlah mesin pengering yang ada hanya mampu menampung 10 ton per hari. Padahal, volume jagung yang masuk ke gudang serah di provinsi tersebut mencapai 32 ton per hari. Dengan mesin pengering, petani memang bisa mengeringkan jagung lebih cepat, karena hanya butuh 8-10 jam. Ini berbeda dengan pengeringan dengan cara menjemur di terik matahari yang memerlukan waktu 2-3 hari. Terbatasnya mesin pengering mengakibatkan perlu waktu ekstra pengeringan.Asal tahu saja, pada lelang pekan sebelumnya (22/4 - 23/4), lelang jagung pipilan NTB bisa menyerap 70 ton dari 250 ton yang ditawarkan oleh iPasar. Jagung itu terjual dengan harga penutupan Rp 2.450 per kg.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Jagung Pipilan Basah, Lelang Batal
JAKARTA. Lelang online jagung pipilan asal NTB yang biasa digelar iPasar antara Senin sampai Jumat minggu lalu batal. Penyebabnya adalah jagung yang tak juga kering akibat curah hujan yang terus tinggi. “Volume jagung yang sudah disiapkan 4.000 ton. Namun mayoritas masih dalam proses pengeringan,” jelas Direktur iPasar Dean Novel. Untuk mengeringkan jagung pipilan, sebagian besar petani mengandalkan panas matahari. Hanya sedikit petani yang mengeringkan jagung menggunakan mesin pengering. Sayangnya, selama musim panen hujan tak kunjung reda. Di lain sisi, mesin pengering jagung yang tersedia tak sebanding dengan volume jagung yang harus dikeringkan. Di NTB yang merupakan salah satu sentra jagung pipilan, ambil contoh, jumlah mesin pengering yang ada hanya mampu menampung 10 ton per hari. Padahal, volume jagung yang masuk ke gudang serah di provinsi tersebut mencapai 32 ton per hari. Dengan mesin pengering, petani memang bisa mengeringkan jagung lebih cepat, karena hanya butuh 8-10 jam. Ini berbeda dengan pengeringan dengan cara menjemur di terik matahari yang memerlukan waktu 2-3 hari. Terbatasnya mesin pengering mengakibatkan perlu waktu ekstra pengeringan.Asal tahu saja, pada lelang pekan sebelumnya (22/4 - 23/4), lelang jagung pipilan NTB bisa menyerap 70 ton dari 250 ton yang ditawarkan oleh iPasar. Jagung itu terjual dengan harga penutupan Rp 2.450 per kg.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News