Jajak Pendapat Pemilu AS: Siapa yang Unggul, Harris atau Trump?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 2024 menjadi sorotan dunia, terutama setelah keputusan mendadak Presiden Joe Biden untuk menghentikan kampanyenya dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai kandidat Partai Demokrat.

Keputusan ini secara signifikan mengubah dinamika politik di Amerika, di mana pemilu yang sebelumnya diperkirakan akan menjadi ulangan persaingan 2020 antara Biden dan mantan Presiden Donald Trump, kini berubah menjadi pertarungan baru antara Harris dan Trump.

Dengan tanggal pemilihan pada 5 November mendatang, fokus perhatian kini tertuju pada apakah Donald Trump akan kembali memimpin Amerika Serikat, atau Kamala Harris akan membuat sejarah sebagai presiden wanita pertama dalam sejarah negara tersebut.


Baca Juga: Menanti Debat Trump - Harris, Rupiah Diperkirakan Melemah Selasa (10/9)

Sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, pemilihan presiden AS memiliki dampak global, mempengaruhi kebijakan luar negeri, perdagangan, serta hubungan internasional.

Kondisi Terbaru: Siapa yang Memimpin Dalam Jajak Pendapat Nasional?

Sejak Kamala Harris secara resmi memulai kampanyenya, jajak pendapat menunjukkan adanya persaingan yang ketat antara dirinya dan Donald Trump. Sebelum Harris resmi dicalonkan, survei menunjukkan bahwa Joe Biden tertinggal di belakang Trump.

Namun, setelah Harris terjun ke medan kampanye, ia berhasil membangun keunggulan tipis dalam rata-rata jajak pendapat nasional.

Menurut rata-rata jajak pendapat terbaru, Harris saat ini memiliki dukungan sekitar 47%, sementara Trump tetap stabil di angka 44%.

Meskipun perbedaannya terlihat kecil, ini menunjukkan bahwa Harris mampu mempertahankan keunggulan sejak Konvensi Nasional Partai Demokrat di Chicago pada 22 Agustus, di mana ia berjanji untuk membawa "jalan baru" bagi semua warga Amerika.

Baca Juga: Nebraska, Negara Bagian Asal Warren Buffett Jadi Medan Pertarungan Politik Pemilu AS

Pentingnya Negara-Negara Bagian Kunci dalam Pemilihan

Meski jajak pendapat nasional memberikan gambaran umum tentang popularitas kandidat secara keseluruhan, hasil pemilihan di Amerika Serikat tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah suara terbanyak secara nasional.

Pemilihan presiden di AS menggunakan sistem electoral college, di mana setiap negara bagian memiliki jumlah suara elektoral yang berbeda, dan suara mayoritas di tiap negara bagian menentukan siapa yang akan mendapatkan semua suara elektoral dari negara bagian tersebut.

Negara-negara bagian yang dikenal sebagai battleground states atau negara bagian kunci, memiliki peran krusial dalam menentukan hasil pemilu.

Di antara negara-negara bagian ini, Pennsylvania, Michigan, dan Wisconsin menjadi sorotan utama, mengingat ketiganya adalah negara bagian yang sebelumnya merupakan benteng Demokrat namun berhasil direbut oleh Trump pada pemilu 2016.

Baca Juga: Trump Ancam Penjarakan Lawan-lawannya Jika Menang Pemilu AS, Apa Alasannya?

Biden berhasil memenangkan kembali ketiga negara bagian tersebut pada 2020, dan kini Harris berusaha melakukan hal yang sama untuk memenangkan pemilu 2024.

Jajak pendapat di negara-negara bagian kunci ini menunjukkan persaingan yang sangat ketat, di mana perbedaan antara kedua kandidat sering kali kurang dari satu persen.

Pennsylvania, yang memiliki jumlah suara elektoral terbesar di antara negara bagian kunci, menjadi fokus utama karena kemenangannya di negara bagian ini akan sangat memudahkan kandidat untuk mencapai 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk memenangkan pemilu.

Analisis dan Metodologi Jajak Pendapat

Data jajak pendapat yang digunakan untuk menganalisis persaingan ini sebagian besar berasal dari situs analisis polling 538, yang merupakan bagian dari jaringan berita ABC News.

Untuk memastikan kualitas, 538 hanya memasukkan survei dari lembaga survei yang memenuhi kriteria tertentu, seperti transparansi dalam jumlah responden, waktu pelaksanaan survei, dan metode yang digunakan (telepon, pesan teks, online, dll.).

Baca Juga: George W. Bush Bush Tetap Bungkam Soal Pilihannya di Pemilu Presiden AS 2024

Namun, jajak pendapat ini tetap memiliki batasan, terutama dalam hal memprediksi hasil pemilu yang sebenarnya. Pada pemilu 2016 dan 2020, jajak pendapat secara signifikan meremehkan dukungan bagi Trump.

Oleh karena itu, perusahaan survei telah melakukan berbagai penyesuaian untuk memperbaiki metode mereka, termasuk memperhitungkan komposisi populasi pemilih yang lebih akurat. Meskipun demikian, tantangan tetap ada, terutama dalam memprediksi siapa yang benar-benar akan datang ke tempat pemungutan suara pada hari pemilihan.

Editor: Handoyo .