KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) tahun 2024 menghadirkan persaingan ketat antara Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump. Harris, yang secara resmi mencalonkan diri setelah Presiden Joe Biden memutuskan untuk mundur, terus memperkuat posisinya dalam berbagai survei. Namun, Donald Trump tetap menjadi lawan tangguh, terutama di negara bagian medan pertempuran (swing states). Sebuah survei Harvard CAPS/Harris menunjukkan Harris unggul tipis dengan 51% berbanding 49% dari Trump. Ini adalah perkembangan terbaru setelah sebelumnya mereka sama-sama mendapatkan 48% dalam survei bulan September.
Survei NBC juga mencatat hasil yang serupa, di mana keduanya terikat di angka 48%, sementara survei ABC/Ipsos memperlihatkan Harris dengan keunggulan dua poin (50%-48%), meskipun berada dalam margin kesalahan 2,5 poin.
Baca Juga: Trump Berjanji Hapus Pajak Berganda Bagi Warga AS yang Tinggal di Luar Negeri Selain itu, survei CBS/YouGov menunjukkan Harris memimpin dengan 51%-48% di kalangan pemilih yang kemungkinan besar memberikan suara. Namun, di negara bagian medan pertempuran (battleground states), Harris hanya unggul tipis dengan 50%-49%. Beberapa survei lain juga menunjukkan margin yang lebih besar untuk Harris, meskipun balapan semakin ketat dalam beberapa pekan terakhir. Misalnya, survei Economist/YouGov mencatat Harris unggul 49% berbanding 45%, sementara survei New York Times/Siena memperlihatkan keunggulan Harris 49%-46%. Secara keseluruhan, peluang Harris untuk menang sedikit lebih tinggi daripada Trump. Berdasarkan model perkiraan FiveThirtyEight, Harris diprediksi menang dalam 53 dari 100 skenario, sementara Trump diperkirakan menang dalam 47 skenario. Nate Silver dari FiveThirtyEight juga memberikan Harris sedikit keunggulan dengan peluang 52,2% dibanding 47,6% untuk Trump.
Performa Harris di Negara Bagian Medan Pertempuran
Harris diperkirakan unggul di negara bagian penting seperti Michigan, Pennsylvania, Wisconsin, dan Nevada, sedangkan Trump memimpin di Arizona, North Carolina, dan Georgia. Namun, perbedaan di ketujuh negara bagian tersebut masih dalam satu digit, yang menunjukkan bahwa perlombaan ini masih sangat kompetitif. Sementara Harris masih memimpin di kalangan pemilih Latino, survei NBC menunjukkan dukungannya mulai menyusut. Dibandingkan dengan Biden yang memimpin jauh di antara pemilih Latino pada 2020, Harris hanya unggul 14 poin (54%-40%) di antara pemilih Latino, angka yang lebih rendah dibandingkan dengan keunggulan besar yang dimiliki Demokrat sebelumnya.
Baca Juga: Kamala Harris Kritik Trump karena Sembunyikan Catatan Medis dan Sebarkan Klaim Palsu Debat pertama antara Harris dan Trump pada 10 September juga memperlihatkan bahwa meskipun mayoritas pemilih menganggap Harris tampil lebih baik, dampaknya tidak cukup besar untuk mengubah arah persaingan secara signifikan. Harris tetap unggul dalam survei pasca-debat, tetapi margin keunggulannya relatif stabil. Setelah Joe Biden mengundurkan diri dari pencalonan pada 21 Juli, Harris dengan cepat menjadi kandidat unggulan Partai Demokrat. Dia mengumumkan pencalonannya dan memilih Gubernur Minnesota Tim Walz sebagai pasangannya, sementara Trump memilih Senator JD Vance dari Ohio sebagai calon wakil presiden. Meskipun persaingan ini sangat ketat, tingkat antusiasme di kalangan pendukung Demokrat telah meningkat pesat sejak Harris memasuki perlombaan.
Editor: Handoyo .