KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk menjajaki peluang untuk terlibat dalam pendistribusian vaksin Covid-19. Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius mengatakan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk membicarakan kemungkinan pelibatan emiten berkode saham “KLBF” tersebut dalam pendistribusian vaksin Covid-19. “KLBF sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk sarana distribusi mulai dari pendataan dan perencanaan,” kata Vidjongtius kepada Kontan.co.id, Selasa (12/1).
Seperti diketahui, sebelumnya Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemerintah kemungkinan untuk melibatkan sektor swasta dalam pendistribusian vaksin Covid-19 dalam acara konferensi pers virtual pada Senin (11/1) lalu. Budi beralasan, opsi tersebut dipertimbangkan lantaran pendistribusian vaksin Covid-19 merupakan perkara yang kompleks.
Baca Juga: Suntik vaksin Covid-19 dimulai, tolak vaksinasi dihukum 1 tahun & denda Rp 100 juta Ketika diminati konfirmasi, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr Nadia Wiweko membenarkan adanya kemungkinan pelibatan swasta dalam pendistribusian vaksin Covid-19 ke depannya. Ia mengungkapkan, saat ini Kemenkes tengah mengkaji aspek teknis dari rencana pelibatan tersebut. Meski begitu, Nadia memastikan bahwa sejauh ini distribusi vaksin Covid-19 masih bisa dilakukan dengan baik. “Saat ini (distribusi vaksin Covid-19) masih bisa dilakukan dengan melakukan distribusi melalui mekanisme jalur distribusi imunisasi rutin,” tegas Nadia kepada Kontan.co.id, Selasa (12/1). Saat ditanyai soal ada tidaknya koordinasi dengan pihak KLBF untuk membahas peluang kerja sama kedua pihak dalam pendistribusian vaksin Covid-19, Nadia mengaku belum bisa memberikan konfirmasi. “Saya cek dulu,” ujarnya. Sejauh ini, Vidjongtius belum merinci apakah koordinasi yang dilakukan dengan pihak Kementerian Kesehatan sudah berbuah kontrak/penugasan untuk turut melakukan distribusi vaksin Covid-19 atau belum. Ia juga mengaku belum bisa menghitung potensi pendapatan yang bisa didapat dari rencana pendistribusian vaksin Covid-19. Yang terang, ia memastikan bahwa KLBF melalui anak usahanya, PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT) sudah memiliki kesiapan untuk melakukan distribusi vaksin Covid-19. Vidjongtius menuturkan, EPMT telah memiliki sarana distribusi rantai dingin yang tersebar di seluruh provinsi Indonesia. Sarana distribusi rantai dingin yang dimaksud meliputi sarana kemasan, pergudangan, dan pengiriman berdasarkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CCODB). Dengan sarana-sarana tersebut, EPMT mampu mendistribusikan vaksin dalam suhu 2 derajat-8 derajat celsius.
Baca Juga: Mulai hari ini 566.000 tenaga kesehatan jalani vaksinasi tahap pertama “Sarana ini sudah sesuai dengan CCDOB dan banyak (pendistribusian) produk obat yang selama ini sudah beroperasi melalui cold chain ini,” tambah Vidjongtius. Sedikit informasi, vaksin Covid-19 memang perlu disimpan dalam suhu tertentu dalam proses pendistribusiannya. Tingkat suhu yang dibutuhkan bervariasi pada setiap jenis vaksin. Untuk vaksin CoronaVac buatan Sinovac misalnya, vaksin yang saat ini telah mendapat persetujuan penggunaan darurat atawa
emergency use authorization (EUA) itu hanya perlu disimpan dalam rentang suhu 2 derajat hingga 8 derajat celsius.
Sementara itu beberapa jenis vaksin lain memerlukan suhu penyimpanan yang lebih rendah. Moderna misalnya, perlu disimpan pada suhu -20 derajat celsius, sedangkan vaksin Pfizer membutuhkan suhu penyimpanan hingga -70 derajat celsius. KLBF sebenarnya bukan merupakan satu-satunya pelaku sektor swasta yang memiliki kapabilitas untuk melakukan distribusi vaksin. Seperti telah dimuat dalam pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI), Hasanuddin Yasni mengungkapkan bahwa saat ini sudah terdapat banyak pemain swasta yang mampu mendistribusikan vaksin. Menurut catatan ARPI, beberapa pemain swasta di antaranya sudah memiliki sarana rantai dingin yang mampu menyimpan vaksin pada suhu -15 derajat celcius hingga -20 derajat celsius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi