KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membandingkan biaya mobil berbahan bakar minyak (BBM) dengan mobil listrik. Hasilnya, mobil listrik lebih murah berlipat lipat dibandingkan dengan mobil bensin. Dalam akun instagramnya, Erick mengatakan bahwa dirinya hari ini mencoba mengendarai mobil listrik dan mengecek kesiapan stasiun pengisian kendaraan listrik (charging station) di Bali. "Indonesia harus siap untuk menjadi pemain utama industri mobil listrik," ungkap dia dalam akun Instagramnya, hari ini.
Kata Erick, mobil listrik memiliki banyak manfaat selain manfaat ekonomi karena lebih murah. "Dari Jakarta ke Bali, kalau biaya BBM untuk mobil mencapai Rp. 1.1 juta, dengan mobil listrik hanya Rp. 200.000. Bagi saya mobil listrik adalah salah satu ikhtiar kita dalam mencintai bumi," terang dia.
Sebelumnya, Erick Thohir juga sudah meminta BUMN bersatu untuk membangun pabrik baterai. Saat ini PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) tengah membentuk perusahaan patungan bernama PT Indonesia Baterrai. MIND ID dan Antam akan menangani sektor hulu tambang, kemudian produk tengah (intermediate) hingga ke hilir akan dikelola oleh Pertamina dan PLN. Saat ini ketiga BUMN tersebut sedang menyusun skema pembentukan holding PT Indonesia Batterai. Holding Indonesia Batterai tersebut nantinya akan menggandeng mitra dan membentuk Joint Venture (JV). Ada dua proyek hilirisasi nikel menjadi baterai yang akan dikerjakan konsorsium tersebut. Proyek tersebut rencananya akan terintegrasi dari hulu sampai hilir dengan memenuhi value chain industri domestik. Saat ini, ada dua calon mitra yang sudah dijajaki, yakni perusahaan dari China dan Korea Selatan. Meski belum membuka identitas perusahaan yang dimaksud, namun Orias membocorkan bahwa nilai investasi dari hulu hingga hilir untuk kedua proyek baterai tersebut mencapai sekitar US$ 12 miliar.
Produk baterai dari kedua proyek tersebut utamanya ditujukan untuk keperluan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dan untuk penyimpanan energi listrik (storage) khususnya dalam melengkapi pemanfaatan energi surya. Klaster EV baterai akan dibangun pabrik pengolahan nikel dengan metode High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Pembangunan pabrik rencananya berlokasi di Maluku Utara atau Konawe Utara, dengan estimasi investasi mencapai US$ 3 miliar. Dari sisi pasokan bahan baku, saat ini BUMN melalui MIND ID mengusai 30,4% cadangan nikel di Indonesia, yang dimiliki oleh Antam dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang 20% sahamnya sudah resmi diakuisisi oleh MIND ID. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini