KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri startup digital di Tanah Air semakin berkembang pesat. Sejak empat startup asal Indonesia ditetapkan sebagai unicorn dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar, geliat perusahaan rintisan berbasis digital ini semakin bergairah. Tren bisnis startup digital tengah menjamur di kalangan pengusaha muda.
Baca Juga: Pengamat: Grab perlu tumbuh bersama mitra dan UMKM Dalam laporan berjudul
Global Startup Ecosystem Report (GSER) yang dirilis Startup Genome pada Mei 2019 menyatakan bahwa Jakarta masuk ke dalam urutan ke-33 (The Next Top 30 Global Startup) dengan kategori
challenger. Artinya, Jakarta masuk kategori penantang terkuat sebagai kota dengan ekosistem startup potensial di kancah global, setara dengan Seoul, Moskow, dan Tokyo. Startup Genome memposisikan Jakarta sebagai ekosistem startup dalam fase “Late-Globalization’. Artinya, posisi Jakarta lebih potensial untuk membangun ekosistem startup dibanding kota-kota yang berada di fase “Early-Globalization” dan “Activation”. Indonesia dinilai memiliki tingkat adopsi teknologi internet dan mobile yang sangat tinggi. Hal ini terlihat dari 75% transaksi belanja online dilakukan menggunakan perangkat
mobile phone.
Baca Juga: Gojek, Alibaba dan Grab dianggap sebagai pesaing bank di Indonesia Di sisi lain, Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) juga merilis hasil riset posisi industri startup Indonesia pada tahun 2018 lalu. Ketua Umum MIKTI, Joddy Hernady mengungkapkan bahwa total startup Indonesia yang masih aktif hingga saat ini berjumlah 1.009. “Kalau kita lihat, data soal jumlah startup di tiap riset berbeda-beda. MIKTI tahun lalu melakukan riset dan survei langsung ke lapangan dan menemukan ada 1.009 startup yang masih aktif hingga saat ini. Tidak semua startup masih aktif beroperasi, ada yang web atau aplikasinya masih ada, tapi produknya enggak ada dan sebaliknya,” jelas Joddy di kantor Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Jakarta Pusat, Kamis (8/8).
Baca Juga: E-commerce yang dikunjungi terbanyak di Indonesia Dari hasil riset MIKTI tersebut sebanyak 52,72% atau sebesar 532 startup tersebar di wilayah Jabodetabek sedangkan wilayah lain seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat rata-rata memiliki sekitar 9% dari total jumlah start up. Dan wilayah di luar Jawa hanya sekitar 2% - 3%. Joddy mengatakan geliat startup Tanah Air mulai bermunculan sejak tahun 2008 dan terus bermunculan hingga tahun 2018 lalu. MIKTI mencatat sepanjang tahun 2013 – 2018 ada 255 startup yang berdiri dan merupakan periode terbanyak. “Wilayah Indonesia Timur juga mulai bermunculan startup digital dan cukup potensial. Karena itu, MIKTI membuat inkubator di Makassar untuk mendorong perkembangan startup di bagian Timur,” kata Joddy. Ia lanjut menjelaskan di Jakarta sendiri terdapat 428 startup dengan tiga sektor terbanyak yakni
e-commerce, financial technology (fintech), dan
game. Menurut Joddy, sektor game memiliki peluang besar untuk berkembang mengingat penggemar game (gamers) juga makin banyak. “Ke depan dengan berbagai program dan kemudahan yang ditawarkan pemerintah, saya yakin bakal mendorong pertumbuhan industri startup digital lebih cepat lagi. Kami belum mendata pasti berapa pertumbuhan startup tiap tahunnya, tapi saya yakin perkembangannya bakal pesat,” ujar Joddy.
Baca Juga: Data menggeser minyak sebagai komoditas termahal Di sektor fintech, sejumlah perbankan juga berlomba-lomba untuk berinvestasi di sektor tersebut. Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank Rakyat Indonesia (BRI), Indra Utoyo mengungkapkan bahwa BRI telah menjalankan tiga langkah nyata untuk mendukung ekosistem startup digital Indonesia. “BRI membina talenta kreatif dengan aktif sebagai anggota AFTECH (Asosiasi Fintech Indonesia). Kami juga ada program inkubasi UMKM bernama BRIncubator. BRI juga membangun
co-working space di beberapa area kampus,” jelas Indra.
Baca Juga: Jurus Synergo mendongkrak kinerja karyawan Lewat BRI Ventures, BRI mengalokasikan dana ventura sebesar US$ 250 juta (sekitar Rp 3,5 triliun) bagi startup seri A ke atas di bidang penunjang keuangan. “Dari total alokasi itu, yang sudah disetujui OJK dan Dewan Komisaris BRI sekitar US$ 100 juta atau sekitar Rp 1 triliun, baru saja dapat ijin sekitar sebulan lalu,” tandas Indra. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli