JAKARTA. Hingga tahun 2016 mendatang, Jakarta menambah koleksi pasokan hotel baru. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 11.224 kamar dari 50 hotel yang kini sedang dalam tahap konstruksi. Hasil riset HVS, penyedia data perhotelan global, memperlihatkan, dari total jumlah pasokan baru tersebut, 26 hotel dengan 5.774 kamar di antaranya merupakan hotel skala ekonomi. Ini artinya, setiap hotel berisi masing-masing rerata 206 kamar. Sementara hotel skala menengah, atas, mewah dan super-mewah sebanyak 22 hotel dengan 5.450 kamar. Dengan demikian, rerata setiap hotel memiliki 248 kamar. Bisnis perhotelan di Jakarta, tulis HVS, mengalami pertumbuhan pesat sejak 2010. Pertumbuhan tidak hanya terjadi di segmen permintaan yang dipicu maraknya kegiatan bisnis dan MICE (meeting, incentives, convention and exhibition), juga segmen tarif rerata harian (average daiy rate atau ADR), dan revenue per available room (RevPAR). Pertumbuhan pasokan sendiri selama 2014 sebesar 8%, 2015 sebesar 15% dan 2016 sebesar 7%. Pengembangan hotel baru terbanyak pada tahun 2015 dengan jadwal pembukaan pada 2017 dan 2018. Untuk hotel segmen atas, pengembangan terbesar ada di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Di sini, PT Metropolitan Kentjana Tbk tengah menggarap InterContinental Jakarta Pondok Indah dengan jumlah kamar 470 unit. Sementara segmen hotel atas, mewah dan super-mewah dari jaringan hotel internasional lainnya adalah Raffles Hotels dengan Raffles Jakarta, Starwood Group dengan brand, Aloft, Sheraton, Westin, W, dan St Regis. Fairmont Hotels and Resorts International (FHRI) hadir dengan Fairmont Jakarta, Marriott Inc membawa Waldorf Astoria, JW Marriott dan Courtyard, dan Accor dengan Sofitel So. Sedangkan di segmen ekonomi dan menengah, didominasi tiga perusahaan hotel besar. Sebut saja Tauzia Hotel Management dengan brand Harris, Pop! dan YELLO, Accor Group dengan Novotel, Mercure, ibis dan ibis Style, serta InterContinental Hotels Group dengan Holiday Inn Express. Hotel-hotel ini tersebar di seluruh wilayah kota Jakarta. "Pertumbuhan hotel dengan brand internasional berbagai kelas dipicu lonjakan jumlah kunjungan internasional. Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 9%, dari sebelumnya hanya 920.000 kunjungan pada 2013, menjadi 2,24 juta kunjungan pada 2013 lalu," tulis HVS. Pelancong asal Malaysia masih mendominasi dengan komposisi 15%. Diikuti Tiongkok dengan 11 persen, Singapura 10%, dan Jepang 10%. Fenomena menguatnya jumlah kunjungan Tiongkok dan Jepang dalam kurun 2012-2013 juga menjadi perhatian para pebisnis hotel. (Hilda B Alexander) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Jakarta tambah 11.224 kamar hotel hingga 2016
JAKARTA. Hingga tahun 2016 mendatang, Jakarta menambah koleksi pasokan hotel baru. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 11.224 kamar dari 50 hotel yang kini sedang dalam tahap konstruksi. Hasil riset HVS, penyedia data perhotelan global, memperlihatkan, dari total jumlah pasokan baru tersebut, 26 hotel dengan 5.774 kamar di antaranya merupakan hotel skala ekonomi. Ini artinya, setiap hotel berisi masing-masing rerata 206 kamar. Sementara hotel skala menengah, atas, mewah dan super-mewah sebanyak 22 hotel dengan 5.450 kamar. Dengan demikian, rerata setiap hotel memiliki 248 kamar. Bisnis perhotelan di Jakarta, tulis HVS, mengalami pertumbuhan pesat sejak 2010. Pertumbuhan tidak hanya terjadi di segmen permintaan yang dipicu maraknya kegiatan bisnis dan MICE (meeting, incentives, convention and exhibition), juga segmen tarif rerata harian (average daiy rate atau ADR), dan revenue per available room (RevPAR). Pertumbuhan pasokan sendiri selama 2014 sebesar 8%, 2015 sebesar 15% dan 2016 sebesar 7%. Pengembangan hotel baru terbanyak pada tahun 2015 dengan jadwal pembukaan pada 2017 dan 2018. Untuk hotel segmen atas, pengembangan terbesar ada di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Di sini, PT Metropolitan Kentjana Tbk tengah menggarap InterContinental Jakarta Pondok Indah dengan jumlah kamar 470 unit. Sementara segmen hotel atas, mewah dan super-mewah dari jaringan hotel internasional lainnya adalah Raffles Hotels dengan Raffles Jakarta, Starwood Group dengan brand, Aloft, Sheraton, Westin, W, dan St Regis. Fairmont Hotels and Resorts International (FHRI) hadir dengan Fairmont Jakarta, Marriott Inc membawa Waldorf Astoria, JW Marriott dan Courtyard, dan Accor dengan Sofitel So. Sedangkan di segmen ekonomi dan menengah, didominasi tiga perusahaan hotel besar. Sebut saja Tauzia Hotel Management dengan brand Harris, Pop! dan YELLO, Accor Group dengan Novotel, Mercure, ibis dan ibis Style, serta InterContinental Hotels Group dengan Holiday Inn Express. Hotel-hotel ini tersebar di seluruh wilayah kota Jakarta. "Pertumbuhan hotel dengan brand internasional berbagai kelas dipicu lonjakan jumlah kunjungan internasional. Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 9%, dari sebelumnya hanya 920.000 kunjungan pada 2013, menjadi 2,24 juta kunjungan pada 2013 lalu," tulis HVS. Pelancong asal Malaysia masih mendominasi dengan komposisi 15%. Diikuti Tiongkok dengan 11 persen, Singapura 10%, dan Jepang 10%. Fenomena menguatnya jumlah kunjungan Tiongkok dan Jepang dalam kurun 2012-2013 juga menjadi perhatian para pebisnis hotel. (Hilda B Alexander) Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News