Jalan agribisnis 4.0 masih panjang



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terdapat sejumlah tantangan pada petani jelang revolusi industri 4.0. Hal dikarenakan mayoritas petani masih menggunakan metode tradisional. Menghadapi itu, pemerintah berupaya menggandeng stakeholder swasta untuk menyelesaikan isu-isu tersebut. Namun realisasinya diperkirakan masih akan jauh.

Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menyampaikan persoalan yang dihadapi petani saat ini bisa dirangkum menjadi lima hal.

Pertama, pemilikan lahan petani yang terbatas, yang rata-rata hanya 0,2 hektare. Kedua, kondisi tanah yang sudah rusak akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan. Ketiga, aspek kurangnya permodalan dan rendahnya kualitas manajemen. Keempat, lemahnya penguasaan teknologi. Dan, kelima adalah kesulitan dalam penanganan pasca-panen.


Untuk menghadapi ini, Moeldoko menyampaikan, diperlukan kolaborasi untuk menangani isu ini. Di antaranya adalah memberikan akses permodalan bisnis yang mudah pada petani dan pengusaha sektor pertanian, serta penyediaan akses teknologi yang tepat.

"Kita harus mengkolaborasi teknologi, kepada petani berikanlah teknologi tepat guna yang mudah dijalani pada mereka," katanya, Kamis (13/12).

Tak hanya menyediakan akses pembiayaan dan teknologi, namun pembangunan fasilitas dasar juga penting. Menurut Moeldoko, pemerintah melalui Kementerian Pembangunan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) telah membangun banyak jalan desa, embung dan bendungan untuk membantu sektor pertanian.

Namun Desianto Budi Utomo Kepala Gabungan Pengusaha Makanan Ternak menyatakan, realisasi dari revolusi industri di sektor pertanian masih jauh karena implementasi teknologi saat ini masih sederhana.

Adapun dari sektor pakan, pihaknya selalu berupaya untuk melakukan perbaikan dalam efisiensi pakan dan meningkatkan kualitas karkas. "Arahnya lebih ke ketahanan penyakit, efisiensi pangan dan perbaikan karkas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia