Jalan Panjang Menuju Ketenagalistrikan Energi Hijau



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor kelistrikan di Indonesia berkembang pesat dalam satu dekade terakhir. Di mana, kapasitas pembangkit listrik di tahun 2014 hanya 55.566 MW dan melonjak menjadi 75.566 MW di tahun ini.

Selain itu, kini fokus pemerintah pun mulai beralih dari energi fosil ke energi terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Salah satu keberhasilan pemerintah dalam peralihan kelistrikan energi terbarukan adalah pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang memiliki kapasitas 192 megawatt peak (MWp).


PLTS Terapung Cirata pun menjadi PLTS terbesar di Asia Tenggara dan meningkatkan bauran energi terbarukan di Indonesia.

Tak ayal, porsi pembangkit listrik energi terbarukan seperti panas bumi, air, angin dan surya di tanah air kini sudah lebih dari 20%. Sedangkan sisanya, masih didominasi oleh energi fosil seperti batubara dan gas alam.

Baca Juga: PLN Rampungkan Sejumlah PSN Infrastruktur Kelistrikan

Pemerintah melalui PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) telah menyiapkan sejumlah strategi untuk melakukan transisi energi dalam mencapai net zero emissions di tahun 2060.

Salah satunya dalam Rencana Penyediaan tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2024-2033. Dalam RUPTL tersebut diungkapkan bahwa PLN menargetkan 75% pembangkit listrik berbasis EBT dan sisanya sebesar 25% adalah gas.

Untuk menjalankan rencana RUPTL itu, PLN telah menyiapkan skenario Accelerate Renewable Energy Development (ARED). Skenario tersebut akan memastikan pengurangan misi dengan tetap menjaga keandalan sistem. 

PLN akan membangun Green Transmission Line, sehingga potensi EBT yang tadinya tidak bisa dimanfaatkan, akhirnya bisa digunakan. PLN juga berniat menerapkan teknologi Smart Grid. 

Dengan penerapan Green Transmission Line dan Smart Grid, maka penambahan pembangkit listrik EBT hingga 2040 bisa meningkat hingga kurang lebih 3 kali lipat, yang semula 22 GW (BAU) menjadi 61 GW.

Nah, untuk merealisasikan skenario ARED dalam transisi energi ini, PLN membutuhkan investasi hingga US$ 150 miliar. Untuk itu, PLN pun berniat melakukan kolaborasi.

Nantinya, kolaborasi tersebut tidak melulu tentang pembiayaan. Namun, dapat berupa kebijakan, teknologi dan juga inovasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari