Berawal membantu bisnis orang tua lewat internet, Vicky Arif Setiawan sukses membesarkan usaha camilan bernama Mamade Makaroni. Saat ini omzet usahanya Rp 200 juta per bulan dengan pemasaran hingga ke luar negeri. Menjadi pengusaha di bidang kuliner bukan menjadi cita-cita Vicky Arif Setiawan. Namun, jalan hidup membuat lulusan sarjana elektro ini terjun menjadi pebisnis yang dia jalani secara otodidak. Lewat produk camilan makaroni goreng spiral dengan merek Mamade Makaroni yang awalnya adalah bisnis inisiasi ibunya, Vicky mampu mengembangkan bisnis camilan ini hingga ke luar negeri. Saat ini, dia dan orang tuanya telah mendirikan perusahaan PT Sari Sedap Makmur untuk menaungi bisnis makaroni ini.
Ada delapan varian rasa yang dijual Mamade Makaroni, di antaranya balado, keju, kari ayam, jagung bakar, ayam bawang, bebek asap, oriental, dan original. Dia mengaku, kelebihan camilan buatannya karena tidak menggunakan bahan pengawet dam menggunakan bahan baku pesanan khusus yang tidak dijual di pasaran serta menggunakan bumbu khusus yang diracik sendiri. Selain itu, ia mengklaim, Mamade Makaroni merupakan pelopor snack makaroni goreng berjenis fusilli, atau makaroni kecil berbentuk spiral. Produk ini juga sudah mengantongi perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) sehingga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas. Produk yang dia tawarkan dalam kemasan ukuran besar seharga Rp 18.000 per bungkus untuk daerah Jakarta. Sementara di luar Jakarta dibanderol Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per bungkus. Lantaran dia juga aktif menggunakan internet untuk memasarkan Mamade Makaroni lewat situs mamademakaroni.com, penjualannya pun sampai ke luar negeri, seperti Australia. Saat ini, kapasitas produksi mencapai 1.500 bungkus dalam sehari. Dalam sebulan, total produksi Mamade Makaroni mencapai 45.000 bungkus dengan berat masing-masing 30 gram. Dalam mengembangkan pasar, Vicky menawarkan peluang menjadi reseller kepada para konsumennya. Produk buatannya sudah tersebar di berbagai daerah seperti Semarang, Denpasar, Kalimantan, Lampung, Yogyakarta, dan lainnya. Produknya pun pernah dijual di beberapa pusat oleh-oleh, salah satunya di Bogor. Dalam proses produksi, Vicky dibantu delapan karyawan yang melakukan tugas produksi makaroni. Dengan penjualan minimal 1.500 bungkus per hari, dia mengaku bisa meraup omzet hingga Rp 200 juta per bulan. "Jika penjualan laku dan ramai dibeli, omzet bisa mencapai Rp 250 juta per bulan," kata dia.
Padahal, Vicky bercerita, berbisnis produk camilan lewat
online hanya berbekal rasa ingin tahu dan belajar dari teman. Tahun 2009, produk Mamade Makaroni pun mulai dia jual lewat Kaskus. “Awalnya produk yang dijual dengan kemasan yang polos,” ujarnya. Tetapi ternyata respons yang masuk cukup positif. Banyak yang tertarik membeli produknya, mulai anak sekolah, mahasiswa serta pegawai kantoran. Dia mengakui kekuatan media
online membuat produknya lebih cepat dikenal luas. (Bersambung) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Adi