KONTAN.CO.ID - YERUSALEM. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyampaikan bahwa peluang untuk menyelesaikan kebuntuan dengan kelompok Hezbullah di Lebanon selatan melalui jalur diplomatik semakin sempit. Hal ini disampaikan Gallant dalam percakapannya dengan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, pada Senin (11/9). Pernyataan tersebut muncul di tengah kunjungan Utusan Khusus Gedung Putih, Amos Hochstein, ke Israel. Kunjungan ini bertujuan untuk membahas ketegangan di perbatasan utara Israel, di mana pasukan Israel dan Hezbullah terlibat dalam baku tembak rudal selama beberapa bulan terakhir.
"Kesempatan untuk mencapai kesepakatan di wilayah utara hampir habis," ujar Gallant kepada Austin melalui sambungan telepon, sebagaimana dikutip dari pernyataan resmi kantornya.
Baca Juga: Komando Pusat AS Lakukan Penyerbuan di Irak, 15 Anggota ISIS Tewas Gallant menambahkan bahwa selama Hezbullah tetap menjalin hubungan dengan Hamas di Gaza, yang juga menjadi medan konflik Israel selama hampir satu tahun, "arah situasinya sudah jelas." Krisis di perbatasan ini telah memaksa puluhan ribu warga dari kedua belah pihak meninggalkan rumah mereka. Hochstein dijadwalkan bertemu Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk membahas solusi diplomatik guna meredakan ketegangan. Sementara itu, media Israel melaporkan bahwa komandan militer di wilayah utara telah merekomendasikan operasi cepat di perbatasan untuk menciptakan zona penyangga di Lebanon selatan.
Baca Juga: Roket Hezbollah Tembus Sistem Pertahanan Udara Israel Meski fokus utama Israel saat ini adalah konflik di Gaza, ketegangan di utara juga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya konflik regional yang lebih luas, melibatkan Amerika Serikat dan Iran. Sejak serangan Hizbullah sehari setelah peristiwa 7 Oktober tahun lalu, pertukaran serangan roket, artileri, dan rudal terus berlangsung setiap hari, dengan jet-jet Israel menyerang jauh ke dalam wilayah Lebanon. Meskipun Hezbullah menyatakan tidak menginginkan perang skala besar, mereka siap untuk bertempur jika Israel memulainya. Kendati demikian, ada ketegangan politik di dalam Israel sendiri. Beberapa anggota pemerintahan Israel mendesak aksi militer lebih lanjut. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, seorang pengkritik Gallant, secara terbuka meminta agar Gallant dipecat. "Kami butuh keputusan tegas di utara, dan Gallant bukanlah orang yang tepat untuk memimpinnya," ujarnya melalui platform media sosial X.
Baca Juga: AS: Gencatan Senjata Gaza Sudah di Depan Mata, Namun Israel dan Hamas Menolaknya Pertempuran selama beberapa bulan terakhir telah menewaskan ratusan pejuang Hezbullah serta puluhan tentara dan warga sipil Israel. Pada bulan lalu, kedua belah pihak nyaris terlibat perang habis-habisan setelah pasukan Israel membunuh seorang komandan senior Hezbullah di Beirut sebagai balasan atas serangan rudal di Dataran Tinggi Golan yang menewaskan 12 warga Israel. Pada hari Senin, Kementerian Pertahanan Israel juga mengumumkan bahwa mereka telah menyetujui distribusi 9.000 senapan otomatis kepada unit respons cepat sipil di wilayah Israel utara dan Dataran Tinggi Golan.
Editor: Noverius Laoli