Jaminan Kredit Sindikasi Disetujui, Simak Target FKS Food Sejahtera (AISA) Tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA) mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham untuk ikut dalam pemberian jaminan atas fasilitas kredit sindikasi induk usaha, PT FKS Food and Agri Pte Ltd bersama dengan afiliasinya. 

Keputusan itu diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar Rabu (27/7). Para pemegang saham AISA juga menyetujui pengangkatan Lim Aun Seng sebagai Komisaris Utama, serta Charles Antony Rossi sebagai Direktur Utama.

Lim menjelaskan, AISA akan berpartisipasi dalam kredit sindikasi dengan FKS Group dengan nilai sebesar US$ 320 juta. Dengan mengikuti aksi korporasi ini, nantinya AISA akan menerima dana sekitar Rp 600 miliar yang antara lain dipakai untuk belanja modal alias capital expenditure (capex). 


Baca Juga: Emiten yang Telat Rilis Laporan Keuangan Perlu Diwaspadai, Sahamnya Lebih Berisiko

"Dengan mengikuti (kredit sindikasi) ini, AISA akan menerima sejumlah Rp 600-an miliar. Itu akan digunakan untuk capex maintenance. Kami harus mencari inovasi baru, cost yang lebih efisien dan memberikan kualitas produk yang lebih tinggi," ujar Lim dalam paparan publik, Rabu (27/7).

Jika merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, FKS Group akan mendapatkan fasilitas kredit dengan plafond pinjaman sampai dengan US$ 320 juta, yang dapat ditingkatkan sampai dengan US$ 100 juta.

Penjamin dari kredit sindikasi ini adalah sejumlah perusahaan yang terafiliasi dalam FKS Group, termasuk AISA. Rencana jaminan adalah sebesar US$ 53,05 juta yang ekuivalen dengan Rp 757 miliar atau 92,44% dari ekuitas AISA pada laporan keuangan per 31 Desember 2021.

Baca Juga: FKS Food (AISA) Lunasi Seluruh Sisa Utang Obligasi dan Sukuk Ijarah di Harga 25%

Lim pun optimistis AISA bisa menjaga momentum pertumbuhan kinerja. Dia menggambarkan, pada tahun 2021 lalu AISA bisa mendongkrak penjualan neto sebanyak 18,75% dari Rp 1,28 triliun pada 2020 menjadi Rp 1,52 triliun di 2021.

Meski begitu, tantangan datang dari lonjakan harga komoditas dan bahan baku hingga 20% sejak semester kedua 2021. Akibatnya, gross margin AISA pun terpangkas dari 24,8% menjadi 22,4%.

Kenaikan harga komoditas dan bahan baku juga berlanjut pada semester pertama 2022 hingga mencapai 16%. Untungnya, sejak tahun lalu AISA sudah menjalankan sejumlah inisiatif guna mengantisipasi masalah tersebut.

Baca Juga: Beri Jaminan, Induk FKS Food Sejahtera (AISA) Bakal Kantongi Pinjaman US$ 350 Juta

Lim bilang, AISA melakukan efisiensi operasional sembari menjaga ketersediaan bahan baku seperti tepung terigu, tepung jagung, hingga material kemasan. Berbarengan dengan itu, AISA menggenjot marketing guna mendongkrak penjualan, yang disertai kenaikan harga jual pada sejumlah produknya.

Hasilnya, penjualan neto AISA mampu bertumbuh 25,42% dari Rp 687,89 miliar pada semester pertama 2021 menjadi Rp 862,78 miliar pada semester pertama 2022. Gross margin AISA juga meningkat dari 24,9% menjadi 26,8%. Meski, AISA masih mencatatkan rugi usaha sebesar Rp 5,34 miliar para paruh pertama tahun ini.

"Kami sudah menunjukkan improvement. Kalau kami masih mendapatkan harga bahan baku seperti di 2021, sudah pasti dalam kondisi positif, kami mengarah ke sana," imbuh Lim.

Baca Juga: Induk AISA Raih Fasilitas Pinjaman Senilai Rp 5,19 Triliun

Target AISA di tahun ini, setidaknya bisa membukukan penjualan neto di level Rp 1,8 triliun. Emiten pemilik snack Taro ini pun menaruh target pertumbuhan berkelanjutan sehingga bisa mencapai penjualan di level Rp 3 triliun dalam lima tahun ke depan.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Charles Antony Rossi membeberkan sejumlah strategi bisnis AISA untuk menjaga pertumbuhan kinerja. Pertama, menggenjot pemasaran dengan menambah outlet penjualan aktif di seluruh Indonesia.

Kedua, meningkatkan operational excellence yang efisien sembari meningkatkan kapasitas produksi. "Sehingga memerlukan capex yang lebih, karena outlet lebih banyak, menjual lebih banyak, maka kami juga perlu meningkatkan kapasitas dan cost saving pada kegiatan operasional," kata Charles.

Ketiga, AISA akan memperkuat pasar ekspor. Salah satu pasar yang disasar adalah China. AISA pun telah memiliki tim marketing di Negeri Tirai Bambu tersebut. Produk Taro Tempe juga sudah tersedia di sana dan mendapat respons yang positif.

Baca Juga: Meski Omzetnya Naik 28%, FKS Food (AISA) Rugi Rp 13 Miliar di Kuartal I-2022

Selanjutnya, AISA menyasar negara-negara di Asia Tenggara seperti Vietnam, Malaysia, Thailand dan Singapura. "Terutama di Singapura, produk Bihunku sangat populer. Kami juga akan mengikuti pameran untuk menunjukkan produk ke khalayak," imbuh Charles.

Dia menambahkan, AISA akan menjalankan berbagai inisiatif seperti diversifikasi produk baru, rasa dan kategori baru, serta varian produk sehat.

"Kami juga akan menghemat terus menerus (dari sisi operasional), sehingga konsumen tidak harus membayar lebih untuk mendapatkan produk kami," pungkas Charles.

Adapun dari sisi pergerakan saham, harga saham AISA naik tipis 0,70% pada perdagangan Rabu (27/7) ke harga Rp 144 per saham. Dalam sepekan terakhir, saham AISA meningkat 3,60% meski secara year to date masih melemah 25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati