Jamkrindo dan Jasindo siap bergabung dalam holding asuransi BUMN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan pembentukan holding asuransi bisa rampung pada September atau paling lambat Oktober 2019. Beberapa perusahaan yang terlibat mengaku siap menjalankan holding tersebut, seperti Perum Jamkrindo dan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo).

Direktur Utama Perum Jamkrindo Randi Anto mengaku siap untuk bergabung dalam holding asuransi. Dengan adanya holding ini, akan ada sinergi antara perusahaan BUMN dan membuat kerja lebih efisien.

“Jamkrindo masih direncanakan bergabung di holding dan persiapannya masih berjalan terus dengan berkoordinasi antara anggota dan calon induk,” kata Randi kepada Kontan.co.id, Selasa (3/9).


Keberadaan holding juga dapat mendukung kerjasama di bidang teknologi. Misalnya, tiap-tiap perusahaan tidak perlu repot mengembangkan dan membuat teknologi secara sendiri-sendiri.

“Nanti kami bisa sharing pendidikannya, maka itu banyak sekali yang bisa untuk dioptimalkan,” ujarnya.

Baca Juga: Tunjuk BPUI sebagai induk, holding asuransi BUMN ditargetkan terbentuk September 2019

Menurut Jasindo, pembentukan holding ini memberikan sejumlah keuntungan bagi perusahaan. 

Pertama, akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan pengembangan teknologi jauh lebih baik. Dengan begitu, tingkat pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat pun akan lebih maksimal.

Direktur Operasi Ritel Jasindo Sahata L. Tobing menyebut dengan kapasitas holding yang besar ini bisa membuat lebih banyak produk-produk yang dibutuhkan oleh masyarakat maupun pemerintah.

"Penetrasinya juga akan semakin luas, dari jaringan hanya puluhan misalnya bisa jadi ratusan. Inklusi keuangan pun akan ikut meningkat," terang Sahata.

Baca Juga: Ini pertimbangan Kemenkeu bentuk holding asuransi BUMN

Dengan kapasitas yang kuat, kata Sahata, holding asuransi juga dapat dengan mudah bekerjasama dengan mitra internasional seperti misalnya dalam hal kerjasama pengembangan produk.

"Tentu akan menambah kepercayaan asing. Misal dari modal hanya Rp 10 triliun dengan holding jadi Rp 20 triliun, makin besar akan semakin dipercaya," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi