Jamsostek berburu obligasi korporasi



JAKARTA. Ada kabar baik bagi perusahaan yang mencari pendanaan dengan menjual surat utang alias obligasi.

PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) siap menampung obligasi-obligasi korporasi anyar tersebut. Hal ini sejalan dengan rencana bisnis Jamsostek untuk menambah portofolio investasi di obligasi korporasi.

Elvyn G. Masassya, Direktur Utama Jamsostek, mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan dana Rp 3 triliun-Rp 4 triliun untuk membeli obligasi korporasi. Namun, mereka belum memutuskan obligasi perusahaan apa saja yang hendak dikoleksi.


Yang jelas, Elvyn mengaku sedang melakukan kajian atas empat perusahaan yang sudah dan akan menerbitkan obligasi. "Badan usaha milik negara (BUMN) dan perusahaan swasta adalah incaran kami," imbuhnya, Senin (24/9).

Sedangkan obligasi terbitan perusahaan swasta yang jadi incaran adalah milik perusahaan pembiayaan alias multifinance. "Asalkan rating-nya AAA dan size- nya besar, pasti kami beli," ujar Elvyn.

Berdasarkan catatan KONTAN, ada banyak perusahaan yang berencana menerbitkan obligasi pada semester II ini. Antara lain, perusahaan BUMN PT Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) alias Exim Bank yang berencana mengeluarkan obligasi Rp 2 triliun. Ada pula PT Permodalan Nasional Madani (PNM) akan menawarkan surat utang jangka menengah atau medium term note (MTN) sebesar Rp 230 miliar.

Imbal hasil tinggi

Menyimak imbal hasil obligasi korporasi yang cukup tinggi, langkah Jamsostek itu masuk akal. Misalnya, obligasi PNM sebesar Rp 500 miliar yang diterbitkan 14 September lalu memberikan kupon berkisar 8,75% - 9,5% setahun.

Imbal hasil ini bisa membantu Jamsostek memberi keuntungan investasi dua digit kepada pesertanya. Tahun lalu, Jamsostek memberi keuntungan investasi 11,22%, lebih rendah dari tahun 2010 yang sebesar 12%. Sampai akhir tahun ini, Jamsostek menargetkan perolehan hasil investasi Rp 12,2 triliun. Sementara jumlah investasi sebanyak Rp 125,7 triliun.

Hingga akhir Juli lalu, Elvyn menyatakan, Jamsostek sudah mengantongi dana investasi Rp 123,4 triliun dan memberi imbal hasil Rp 7,9 triliun. Imbal hasil itu memberi keuntungan investasi kepada peserta lebih dari 11%.

Komposisi dana investasi Jamsostek paling banyak ditempatkan di obligasi sebesar 46%, lalu di deposito 20%, saham 20%, 10% di properti, dan 4% di reksadana.

"Kami meyakini, target-target bisnis itu pasti bisa tercapai. Karena, saat ini saja, dana investasi sudah tumbuh 20%," kata Elvyn.

Dia pun meyakini, strategi investasi Jamsostek sudah sangat baik. Indikatornya, saat pasar modal labil, mereka bisa memberi imbal hasil di atas 10%. Karena itu, Jamsostek akan mengusulkan, kebijakan pengelolaan investasi ini bisa berlaku saat Jamsotek berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada tahun 2014. "Karena sudah terbukti return dan manfaat yang diterima peserta," kata Elvyn.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: