JAKARTA. Meski rencana perusahaan migas pelat merah menerbitkan obligasi senilai US$ 300 juta masih belum terlalu jelas, sudah banyak calon investor yang berniat menadah tawaran instrumen investasi anyar tersebut. Salah satu di antaranya adalah perusahaan asuransi milik negara yakni PT Jamsostek (Persero). "Kami tengah mereview kemungkinan untuk membeli obligasi Pertamina," kata Direktur Keuangan Jamsostek Elvyn G Masasya di Jakarta, kemarin (28/7).Selama ini, Jamsostek sudah memiliki beberapa kriteria sebelum menempatkan dana kelolaannya di instrumen obligasi. Kriteria tersebut di antaranya adalah terkait tingkat rating obligasi. "Minimal ratingnya "A" dan memiliki tenor menengah atau panjang," jelas Elvyn. Sedangkan untuk tingkat yield atau imbal hasil, Jamsostek mengincar obligasi yang menawarkan kupon double rate. Selain itu, Jamsostek juga hanya berminat pada obligasi yang menawarkan tingkat imbal hasil atau yield double digit. "Kami juga harus memiliki setidaknya alokasi 30% sampai 40% dari total obligasi yang diterbitkan," imbuhnya.Tidak aneh jika Jamsostek melirik obligasi Pertamina tersebut. Pasalnya, tahun ini, perusahaan yang tahun lalu membukukan laba senilai Rp 1,09 triliun tersebut berencana menambah porsi obligasi dalam portofolio investasi mereka. "Kami akan terus tingkatkan menjadi 49%," ungkap Elvyn. Obligasi sejauh ini memang cukup menjadi favorit Jamsostek, selain investasi di deposito, saham, dan reksadana.
Jamsostek dan Jiwasraya Minati Obligasi Pertamina
JAKARTA. Meski rencana perusahaan migas pelat merah menerbitkan obligasi senilai US$ 300 juta masih belum terlalu jelas, sudah banyak calon investor yang berniat menadah tawaran instrumen investasi anyar tersebut. Salah satu di antaranya adalah perusahaan asuransi milik negara yakni PT Jamsostek (Persero). "Kami tengah mereview kemungkinan untuk membeli obligasi Pertamina," kata Direktur Keuangan Jamsostek Elvyn G Masasya di Jakarta, kemarin (28/7).Selama ini, Jamsostek sudah memiliki beberapa kriteria sebelum menempatkan dana kelolaannya di instrumen obligasi. Kriteria tersebut di antaranya adalah terkait tingkat rating obligasi. "Minimal ratingnya "A" dan memiliki tenor menengah atau panjang," jelas Elvyn. Sedangkan untuk tingkat yield atau imbal hasil, Jamsostek mengincar obligasi yang menawarkan kupon double rate. Selain itu, Jamsostek juga hanya berminat pada obligasi yang menawarkan tingkat imbal hasil atau yield double digit. "Kami juga harus memiliki setidaknya alokasi 30% sampai 40% dari total obligasi yang diterbitkan," imbuhnya.Tidak aneh jika Jamsostek melirik obligasi Pertamina tersebut. Pasalnya, tahun ini, perusahaan yang tahun lalu membukukan laba senilai Rp 1,09 triliun tersebut berencana menambah porsi obligasi dalam portofolio investasi mereka. "Kami akan terus tingkatkan menjadi 49%," ungkap Elvyn. Obligasi sejauh ini memang cukup menjadi favorit Jamsostek, selain investasi di deposito, saham, dan reksadana.