JAKARTA. Di tengah perlambatan ekonomi dan tingginya inflasi, para bankir terus mencari cara menggenjot laba dengan memangkas bunga deposito dan mempertahankan bunga pinjaman. Bagi deposan, deposito tak lagi menarik. Terlebih, inflasi masih tinggi dan menggerus imbal hasil deposito. Badan Pusat Statistik mencatat, inflasi tahunan naik dari 6,38% di bulan Maret, menjadi 6,79% pada April 2015. Pekan ini, ada tiga bank yang menebas bunga deposito. Setelah Bank Central Asia (BCA) menggunting bunga deposito sebesar 25 basis poin (bps) per 1 Mei, Bank Mandiri serta OCBC NISP memastikan akan mengikutinya.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas menuturkan, Bank Mandiri baru saja menggunting suku bunga simpanan deposan kakap. Ia bilang, suku bunga deposito bahkan akal terus bergerak turun sepanjang kuartal II. Pertumbuhan kredit yang masih lambat membuat bank kelimpahan likuiditas. Namun, "Penurunan bunga deposito tak akan banyak karena inflasi cenderung belum turun," ujar Rohan. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja bilang, OCBC NISP juga akan menurunkan bunga deposito secara bertahap. OCBC NISP berani memangkas bunga simpanan lantaran posisi likuiditas membaik. Adapun, Bank Rakyat Indonesia (BRI) sudah menurunkan bunga deposan sejak Maret lalu. "BRI menurunkan bunga deposito dari maksimal 9,5% ke maksimum 7,75% karena permintaan kredit rendah," ujar Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo. BRI kini bersikap hati-hati, menunggu perbaikan likuiditas di pasar dan menunggu arah kebijakan bunga BI dan LPS. Tapi, penurunan bunga deposito berpotensi dialami deposan di atas Rp 2 miliar. Direktur Keuangan BNI Rico Budidarmo juga memilih
wait and see. Tapi, BNI mengaku sangat selektif memberikan special rate. Hanya, pemangkasan bunga deposito bank kali ini tak dibarengi dibarengi dengan penurunan bunga kredit. Bank tetap berniat memperbesar margin bunga bersih (NIM) di atas 5%. BNI ingin mempertahankan NIM di 6,0%-6,1%. Begitu juga Bank Permata. "Target rasio margin lebih tinggi dari tahun lalu yang 3,63%," kata Presdir Bank Permata Roy A. Arfandy.
Ekonom LPS Mochammad Doddy Ariefianto memprediksi, NIM bank tahun ini akan naik tipis di 4,2%-4,5%. Per Desember 2014, NIM bank 4,23%. "Jika kredit dan dana sama-sama tumbuh 15%-17%, NIM bank bisa 4,5%," ujarnya. Keputusan bank tak mau menurunkan bunga pinjaman menjadi pukulan bagi debitur. Bagi mereka, bunga kredit yang landai akan menolong ekspansi, mengurangi biaya cicilan utang, dan memperbaiki perputaran uang. Memang, penetapan suku bunga pinjaman sangat ditentukan overhead cost bank. Tapi, kondisi kini juga membutuhkan keseimbangan atas kebijakan bunga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto