KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di masa pandemi banyak orang yang ragu menyisihkan uang untuk berinvestasi, padahal dengan memilih investasi yang tepat dan aman dapat membantu roda perekonomian tetap berputar. Secara umum, investasi dapat diartikan sebagai kegiatan penanaman aset atau dana yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau perorangan untuk jangka waktu tertentu demi memperoleh timbal balik yang lebih besar di masa depan. Caranya dengan membeli aset, membeli produksi, membeli mesin, membeli inventori, atau melakukan hal-hal yang meningkatkan kegiatan usaha di masa depan. Mohamad D. Revindo, Kepala Pusat Kajian Iklim Usaha menjelaskan, dalam berinvestasi tidak harus identik dengan perusahaan besar atau perusahaan internasional. Masyarakat dapat melakukan investasi pada perusahaan domestik, usaha kecil, menengah maupun perusahaan rumah tangga.
Baca Juga: Realisasi investasi hulu migas semester I 2020 baru mencapai 34% dari target "Bisa dilakukan (pada) perusahaan domestik, usaha kecil menengah, maupun perusahaan rumah tangga juga bisa berinvestasi," ujar Revindo saat diskusi di Media Center Gugus Tugas Nasional di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (17/7).
Baca Juga: Tengah hari, harga emas kian dekat ke level US$ 1.800 per ons troi Senada dengan Revindo, Tina Talisa, Juru Bicara Komite Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), juga menjelaskan bahwa investasi tidak harus besar dan asing. Menurut data BKPM, selama bulan Juni terdapat 57.000 pelaku usaha yang mendaftarkan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan lebih dari 50% dari sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). "Ada 37.000 pelaku usaha menengah dan kecil. Nah itu yang membuktikan bahwa investasi itu tidak selalu, satu selalu besar, dan dua selalu asing," papar Tina. Menurut Tina, masyarakat dalam hal ini pelaku usaha telah lebih bijak dan cermat dalam memilih sektor usaha yang aman dalam kondisi pandemi. Tina menyebut sektor usaha yang tetap bertahan dalam masa-masa sulit ini diantaranya makanan dan alat kesehatan. Industri tersebut dinilai Tina dapat beradaptasi dan justru dapat menangkap peluang yang ada untuk tetap bertahan. "Masyarakat (ber)adaptasi luar biasa, industri juga beradaptasi. Sekarang kita sudah bisa ekspor. Nah artinya selalu dalam kondisi yang kita anggap tidak nyaman pun bisa ditangkap sebagai peluang dan itu sudah bisa kita saksikan sekarang meskipun tentu harus ada upaya peningkatan di berbagai hal," jelas Tina. Sementara itu, pemerintah terus berupaya dalam rangka pemulihan investasi dengan target mempertahankan para investor jangan sampai hengkang dan menarik investor sebanyak mungkin dari luar untuk dapat menanamkan modalnya di Indoenesia.
"Sejauh ini yang berinvestasi belum ada yang hengkang dan yang berencana investasi pun belum ada yang membatalkan, yang ada adalah penundaan waktu karena dalam posisi wait and see," jelas mantan presenter televisi tersebut. Tina menceritakan usaha BKPM dan tim dalam merelokasi 7 perusahaan asing untuk dapat berinvestasi di Indonesia. Pada 30 Juni lalu Presiden mengumumkan adanya relokasi 7 perusahaan asing tersebut dan akan beroperasi di Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah. Hal ini menjadi momentum bagus untuk membuka lapangan pekerjaan baru di tengah pandemi COVID-19. Sementara dari sisi perizinan, semenjak adanya Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2019, pelimpahan kewenangan berada di bawah BKPM, hal ini dimaksudkan untuk memudahan bagi para pelaku usaha dalam hal mengurus perizinan agar menjadi lebih cepat dan mudah dibawah koordinasi BKPM. Selain itu, BKPM mewajibkan setiap investor besar dari luar negeri untuk menggandeng UMKM. Upaya ini ditempuh untuk mendorong pengusaha UMKM untuk mampu bersaing dengan bantuan modal dan teknologi yang lebih baik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon