JAKARTA. Bank Indonesia (BI) baru saja membuat kebijakan menaikkan suku bunga Fasilitas Simpanan BI atau Fasbi rate dari 4% ke posisi 4,25%. Langkah ini dinilai tepat dilakukan BI saat nilai tukar rupiah melemah. “Ini langkah yang tepat dan sesuai ekspektasi pasar,” sebut Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), Destry Damayanti, Selasa, (11/6) malam. Ia menyatakan, BI tak mungkin mempertahankan ketiga instrumen berjalan beriringan yakni bunga rendah, rupiah stabil, dan cadangan devisa tinggi. Destry menilai, untuk mencapai keseimbangan, mau tak mau memang harus ada yang dikorbankan salah satunya. Selama ini, BI cenderung mengorbankan cadangan devisa. Per Mei saja, cadangan devisa Indonesia turun ke posisi US$ 105 miliar dari US$ 107,269 miliar.
Jangan sampai BI bertarung sendirian
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) baru saja membuat kebijakan menaikkan suku bunga Fasilitas Simpanan BI atau Fasbi rate dari 4% ke posisi 4,25%. Langkah ini dinilai tepat dilakukan BI saat nilai tukar rupiah melemah. “Ini langkah yang tepat dan sesuai ekspektasi pasar,” sebut Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), Destry Damayanti, Selasa, (11/6) malam. Ia menyatakan, BI tak mungkin mempertahankan ketiga instrumen berjalan beriringan yakni bunga rendah, rupiah stabil, dan cadangan devisa tinggi. Destry menilai, untuk mencapai keseimbangan, mau tak mau memang harus ada yang dikorbankan salah satunya. Selama ini, BI cenderung mengorbankan cadangan devisa. Per Mei saja, cadangan devisa Indonesia turun ke posisi US$ 105 miliar dari US$ 107,269 miliar.