KONTAN.CO.ID - Jakarta.
Junk food atau makanan cepat saji sering kali menjadi pilihan hidangan untuk berbuka puasa karena mudah didapat dan rasanya yang lezat. Meskipun demikian, Anda sebaiknya tidak terlalu sering menjadikan jenis makanan ini sebagai santapan kala berbuka puasa.
Junk food, melansir dari situs Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, adalah istilah yang dipakai untuk menyebutkan kelompok makanan yang memiliki gizi yang sedikit bahkan tidak ada.
Banyak orang yang sudah tahu bahwa jenis makanan ini tidak memberikan manfaat bagi kesehatan, sayangnya masih ada yang menyukainya. Rasanya yang enak dan menggoda selera membuat makanan cepat saji banyak digemari oleh masyarakat. Rasa enak tersebut berasal dari Kandungan lemak, garam, gula, dan bahan adiktif sintetik dalam
junk food.
Baca Juga: Di Rekrutmenbersama.fhcibumn.id, Ini Syarat & Cara Daftar Rekrutmen Bersama BUMN 2022 Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) sekaligus Ahli Gizi UM Surabaya, Pipit Festi Wilianarti , menjelaskan jika
junk food yang dikonsumsi berlebihan akan membawa dampak buruk bagi kesehatan. Jika dikonsumsi berlebih makanan ini justru memberikan dampak kurang baik untuk kesehatan. Saat berbuka puasa dianjurkan dengan mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna, karena makanan yang mudah dicerna akan lebih cepat mengembalikan energi selama puasa,”jelasnya seperti dikutip dari situs UM Surabaya.
Dampak buruk terlalu sering makan junk food
Pipit memaparkan lebih lanjut jenis makanan cepat saji apa saja yang tidak boleh sering dikonsumsi saat berbuka puasa, seperti burger, pizza, kentang goreng, hot dog, atau olahan makanan gorengan. Dampak pertama jika sering mengonsumsi
junk food saat berbuka puasa adalah kekurangan gizi. Pada umumnya,
junk food memiliki kalori yang tinggi. Meskipun demikian, kandungan zat nutrisi lain seperti protein, kalsium zat besi, vitamin A, C, D, dan E pada makanan siap saji sangat rendah. Sehingga jika sering mengonsumsi makanan cepat saji, maka kebutuhan tubuh tidak terpenuhi. Akibatnya akan melemahkan sistem kekebalan tubuh dan mudah terkena penyakit dan infeksi. “Kedua meningkatkan asam lambung, bagi penderita gastritis, salah satu jenis makanan yang harus dihindari adalah
junk food. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang tinggi lemak ini, bisa merangsang asam lambung meningkat,” ucap Pipit. Dia menjelaskan jika
junk food membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna. Selain itu, makanan yang tidak bisa dicerna dengan baik akan menyebabkan meningkatnya asam lambung ke
esophagus. Hal ini membuat perut terasa mulas, sakit pada dada, dan tenggorokan terasa seperti terbakar.
Baca Juga: Orangtua, Ini Ciri-Ciri Anak Hiperaktif dari Dokter RSND Undip Makanan siap saji bisa sebabkan obesitas
Selain mengandung lemak, makanan siap saji juga mengandung kadar garam yang sangat tinggi. Penambahan garam dalam jumlah yang banyak akan membuat kandungan air dalam
junk food berkurang dan memperlambat pertumbuhan bakteri. Inilah yang membuat makanan cepat saji memiliki waktu penyimpanan yang lebih lama, ditambah dengan pengawet makanan lainnya. “Risiko selanjutnya adalah peningkatan berat badan,
junk food memiliki kandungan kalori, lemak, gula, dan garam yang tinggi, namun rendah serat, vitamin dan zat gizi penting lainnya. Sehingga ketika
junk food dikonsumsi dalam frekuensi yang besar, sangat berisiko menyebabkan obesitas,” jelas Pipit Selain itu mengonsumsi
junk food secara teratur akan mengurangi kepekaan sensorik khusus, sehingga mmebuat ketagihan dan ingin makan lebih banyak lagi. Jumlah kalori yang dibutuhkan melebihi kebutuhan tubuh, sehingga berisiko obesitas.
Dampak buruk terlalu sering menyantap makanan cepat saji yang terakhir adalah sembelit. Saat kondisi perut dalam keadaan kosong setelah berpuasa, sebaiknya tidak langsung diisi dengan makanan berat seperti
junk food. Hal ini dikarenakan akan mengganggu proses pencernaan.
Junk food yang terbuat dari roti putih atau nasi putih biasanya juga mengandung serat yang sedikit, sehingga bisa menyebabkan sembelit. “Apalagi jika selama puasa, kecukupan kebutuhan cairan dalam tubuh dan serat yang kurang maka sembelit bisa semakin bertambah parah,”pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News