Budidaya janggelan cukup mudah karena tak perlu sering dipupuk dan disiram. Tapi, saat budidaya sebaiknya tidak menanam tanaman lain di sekitar janggelan. Tanaman ini harus dijauhkan dari hama serangga dan tikus. Dalam enam bulan, janggelan sudah bisa dipanen.Membudidayakan tanaman janggelan cukup mudah. Soalnya, tanaman ini tidak perlu terlalu sering diberi pupuk dan disiram. Lantaran minim pupuk, biaya perawatannya juga tidak mahal. Tak heran, bila banyak petani tertarik menanam janggelan.Pemilik usaha Wira Abadi, Dudi Iskandar menjelaskan, tanaman yang satu ini paling baik ditanam di lahan dengan ketinggian di atas 1.500 meter dari permukaan laut (mdpl). Supaya dapat tumbuh dengan baik, suhu udara di tempat budidaya harus dingin. Di Wonogiri, misalnya, pusat budidaya janggelan berada di Karangtengah. Wilayah ini memiliki kontur tanah tertinggi di Wonogiri dan berhawa dingin. Sebenarnya, banyak daerah lain juga memiliki kondisi demografi hampir sama dengan daerah Karangtengah. Contohnya, kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. "Semakin tinggi maka semakin bagus tanamannya," ujar Dudi.Tanaman yang bentuknya seperti bayam hutan ini biasanya sudah mulai besar sejak usia tiga bulan. Tinggi janggelan bisa mencapai 1,5 meter jika sudah besar. Menurut Dudi, tanaman janggelan tidak perlu disiram rutin. Cukup disiram di awal tanam dan berikutnya mengharapkan air hujan dan serapan dari tanah.Namun, tanaman ini juga tak boleh terlalu banyak terkena air hujan. Bila musim hujan seperti belakangan ini, hasil tanaman kurang baik karena terlalu lembap. Selain itu, proses pengeringan daun janggelan di musim hujan juga susah. Padahal, daun janggelan banyak dijual dalam bentuk kering. Janggelan juga tidak perlu terlalu sering dipupuk. Dudi bilang, pemupukan cukup dilakukan di awal tanam saja. Pupuk yang digunakan bisa pupuk urea. Saat membudidayakan janggelan, sebaiknya tidak menanam tanaman lain di sekitarnya. Sebab, jika ada tanaman lain maka janggelan akan kalah. "Nutrisinya kurang bagus karena kalah menyerap," katanya.Mansur, pemilik UD Segar, menambahkan, janggelan bisa dipanen enam bulan sejak ditanam. Cara memanennya dengan membabat, bukan mencabut. Sebab, janggelan akan tumbuh lagi dan bisa dipanen dalam tiga bulan setelah dibabat. Pola ini bisa diulang hingga janggelan berusia dua tahun. "Jika sudah dua tahun, harus diganti supaya kualitas tetap bagus," timpal Dudi.Menurut Mansur, awal tahun adalah saat yang tepat untuk mulai menanam janggelan. Pasalnya, ketika musim kemarau datang dan kandungan air di tanah cukup, maka hasil janggelan akan terlihat maksimal. Kendati perawatannya mudah, tanaman ini harus dijauhkan dari hama serangga dan tikus. Untuk mengantisipasi hama bisa dilakukan dengan menyemprotkan anti serangga serta menjaga kebersihan lahan. (Selesai)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Janggelan: Budidaya dan perawatannya murah (2)
Budidaya janggelan cukup mudah karena tak perlu sering dipupuk dan disiram. Tapi, saat budidaya sebaiknya tidak menanam tanaman lain di sekitar janggelan. Tanaman ini harus dijauhkan dari hama serangga dan tikus. Dalam enam bulan, janggelan sudah bisa dipanen.Membudidayakan tanaman janggelan cukup mudah. Soalnya, tanaman ini tidak perlu terlalu sering diberi pupuk dan disiram. Lantaran minim pupuk, biaya perawatannya juga tidak mahal. Tak heran, bila banyak petani tertarik menanam janggelan.Pemilik usaha Wira Abadi, Dudi Iskandar menjelaskan, tanaman yang satu ini paling baik ditanam di lahan dengan ketinggian di atas 1.500 meter dari permukaan laut (mdpl). Supaya dapat tumbuh dengan baik, suhu udara di tempat budidaya harus dingin. Di Wonogiri, misalnya, pusat budidaya janggelan berada di Karangtengah. Wilayah ini memiliki kontur tanah tertinggi di Wonogiri dan berhawa dingin. Sebenarnya, banyak daerah lain juga memiliki kondisi demografi hampir sama dengan daerah Karangtengah. Contohnya, kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. "Semakin tinggi maka semakin bagus tanamannya," ujar Dudi.Tanaman yang bentuknya seperti bayam hutan ini biasanya sudah mulai besar sejak usia tiga bulan. Tinggi janggelan bisa mencapai 1,5 meter jika sudah besar. Menurut Dudi, tanaman janggelan tidak perlu disiram rutin. Cukup disiram di awal tanam dan berikutnya mengharapkan air hujan dan serapan dari tanah.Namun, tanaman ini juga tak boleh terlalu banyak terkena air hujan. Bila musim hujan seperti belakangan ini, hasil tanaman kurang baik karena terlalu lembap. Selain itu, proses pengeringan daun janggelan di musim hujan juga susah. Padahal, daun janggelan banyak dijual dalam bentuk kering. Janggelan juga tidak perlu terlalu sering dipupuk. Dudi bilang, pemupukan cukup dilakukan di awal tanam saja. Pupuk yang digunakan bisa pupuk urea. Saat membudidayakan janggelan, sebaiknya tidak menanam tanaman lain di sekitarnya. Sebab, jika ada tanaman lain maka janggelan akan kalah. "Nutrisinya kurang bagus karena kalah menyerap," katanya.Mansur, pemilik UD Segar, menambahkan, janggelan bisa dipanen enam bulan sejak ditanam. Cara memanennya dengan membabat, bukan mencabut. Sebab, janggelan akan tumbuh lagi dan bisa dipanen dalam tiga bulan setelah dibabat. Pola ini bisa diulang hingga janggelan berusia dua tahun. "Jika sudah dua tahun, harus diganti supaya kualitas tetap bagus," timpal Dudi.Menurut Mansur, awal tahun adalah saat yang tepat untuk mulai menanam janggelan. Pasalnya, ketika musim kemarau datang dan kandungan air di tanah cukup, maka hasil janggelan akan terlihat maksimal. Kendati perawatannya mudah, tanaman ini harus dijauhkan dari hama serangga dan tikus. Untuk mengantisipasi hama bisa dilakukan dengan menyemprotkan anti serangga serta menjaga kebersihan lahan. (Selesai)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News