KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pelemahan harga yang cukup signifikan, aluminium diyakini masih berada dalam tren bullish. Tingkat permintaan yang cukup tinggi dan defisit pasokan mampu menjaga harga. Bahkan tanpa adanya sanksi Amerika Serikat (AS) ke Rusal pun komoditas logam industri ini tetap dilingkupi katalis positif. “Sampai akhir kuartal II diperkirakan defisit mencapai 600.000 ton,” ujar Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan, Selasa (24/4). Menurutnya, sejauh ini permintaan dari sektor otomotif dan industri penerbangan masih mampu menjadi katalis positif yang membalut aluminium. Andri melihat hingga batas waktu sanksi AS ke Rusal pada 23 Oktober nanti transaksi jual beli aluminium masih cukup tinggi. Sampai akhir kuartal II 2018 kemungkinan harganya akan bergerak di kisaran US$ 2.500 – US$ 2.600 per metrik ton.
Jangka panjang, prospek harga aluminium masih bullish
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pelemahan harga yang cukup signifikan, aluminium diyakini masih berada dalam tren bullish. Tingkat permintaan yang cukup tinggi dan defisit pasokan mampu menjaga harga. Bahkan tanpa adanya sanksi Amerika Serikat (AS) ke Rusal pun komoditas logam industri ini tetap dilingkupi katalis positif. “Sampai akhir kuartal II diperkirakan defisit mencapai 600.000 ton,” ujar Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan, Selasa (24/4). Menurutnya, sejauh ini permintaan dari sektor otomotif dan industri penerbangan masih mampu menjadi katalis positif yang membalut aluminium. Andri melihat hingga batas waktu sanksi AS ke Rusal pada 23 Oktober nanti transaksi jual beli aluminium masih cukup tinggi. Sampai akhir kuartal II 2018 kemungkinan harganya akan bergerak di kisaran US$ 2.500 – US$ 2.600 per metrik ton.