Jangka pendek, harga gas alam masih bullish



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cuaca Amerika Serikat (AS) yang lebih dingin dari biasanya berhasil mendorong kenaikan permintaan gas alam. Tambah lagi, Energi Information Administration (EIA) AS merilis stok gas alam negara itu turun cukup signifikan. Tak heran, harga gas alam merangkak naik.

Pada Selasa (29/1), per pukul 14.00 WIB,  harga gas alam kontrak pengiriman Maret 2018 menguat 1,33% menjadi US$ 3,2090 per mmbtu. Sedang jika dibandingkan posisi sepekan sebelumnya, harga sudah naik 5,59%.

Pada pekan yang berakhir di 20 Januari lalu, EIA melaporkan stok gas alam AS turun 182 miliar kaki kubik. Penurunan ini jauh lebih besar dari penurunan pekan sebelumnya, yakni 69 miliar kaki kubik. "Penurunan cadangannya sudah 18% di bawah rata-rata lima tahun," ujar Andri Hardianto, analis Asia Tradepoint Futures, kemarin.


Tak hanya di AS, cuaca lebih dingin juga terjadi di Eropa, sehingga permintaan gas alam naik. Pada Selasa (29/1), suhu rata-ratanya diperkirakan berada di level 5,6 derajat celsius dan Rabu (30/1) diperkirakan 5,2 derajat celcius.

Andri meyakini, harga gas alam masih dalam tren bullish dalam beberapa waktu ke depan karena prediksi cuaca di Februari yang lebih dingin. Permintaan gas alam akan meningkat saat stok menipis. "Memasuki kuartal dua barulah harga akan bergerak sideways karena kenaikan produksi," terang dia.

Sejauh ini, EIA telah meramalkan produksi gas alam Amerika Serikat (AS) akan meningkat pada tahun 2018- 2019. Kenaikannya bisa mencapai sekitar 6,9 miliar kaki kubik per hari. Beberapa kawasan penghasil gas di AS, seperti Texas Barat, Marcellus dan Utica, juga diperkirakan sudah mulai berproduksi.

Tak hanya AS, peningkatan pasokan juga diperkirakan terjadi di Italia. Di tengah melemahnya produksi gas Inggris, negara tersebut berusaha menjadi hub penyalur gas alam baru. Bahkan jangkauan Italia diperkirakan bisa mencapai kawasan Timur Tengah. "Kalau sampai akhir kuartal I, harga gas masih bisa berada di kisaran US$ 2,9-US$ 3,7 per mmbtu," hitung Andri.

Secara teknikal, Andri melihat, harga berada di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200, mengindikasikan penguatan. Begitu juga MACD di level 0,05. Sedangkan RSI berada di level 54 dan stochastic di level 54 cenderung memberi sinyal netral.

Pada hari Rabu (30/1), Andri memprediksi harga gas alam melanjutkan penguatan dan bergerak antara di US$ 3,17-US$ 3,25 per mmbtu. Namun sepekan depan, kemungkinan harga akan terkoreksi dan bergerak di kisaran US$ 3-US$ 3,29 per mmbtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati