Jangka pendek, harga minyak dalam tren naik



Jakarta. Penurunan jumlah rig pengeboran Amerika Serikat (AS) sempat memanaskan harga minyak di awal pekan ini. Kini harga minyak bergerak dalam tren menguat jangka pendek.

Mengutip Bloomberg, Rabu (9/3) pukul 14.30 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman April 2016 di New York Merchantile Exchange menguat 0,46% ke level US$ 36,67 per barel dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, minyak menguat 5,8%. Bahkan awal pekan ini sempat menyentuh US$ 37,9 per barel.

Wahyu Tri Wibowo, analis PT Central Capital Futures mengatakan, harga minyak sempat oversold hingga di US$ 26 per barel pada bulan Februari lalu. Kemudian, organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) serta non OPEC berusaha membatasi supply sehingga mendukung kenaikan harga.


Di saat yang sama, The Fed mulai ragu dengan kenaikan suku bunga dan China memangkas Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio). "Semua mendukung kenaikan harga minyak," papar Wahyu.

Harga minyak semakin kuat setelah AS merilis data tenaga kerja yakni non farm empolyment change dengan hasil cukup positif pada akhir pekan lalu. AS juga terus memangkas jumlah rig aktif ke level terendah dalam enam tahun.

Baker Hughes Inc merilis penurunan rig selama sebelas pekan berturut - turun menjadi 392 rig atau terendah sejak Desember 2009.

Selanjutnya, Menteri Energi Rusia menyatakan ada kemungkinan pertemuan produsen besar guna membahas pembekuan produksi antara tanggal 20 Maret hingga 1 April mendatang.

Wahyu menilai penurunan produksi minyak AS mengimbangi kekhawatiran melambatnya permintaan. Sementara pertemuan produsen untuk membahas pembekuan produksi telah mendapat antisipasi dari para pelaku pasar dengan kenaikan harga minyak sepanjang pekan lalu.

Kemudian harga minyak pun sempat turun seiring dengan kenaikan cadangan minyak AS. American Petroleum Institute melaporkan cadangan minyak AS pekan lalu naik 4,4 juta barel.

Sementara data resmi pemerintah dirilis pada Rabu malam (9/3). Prediksinya, cadangan minyak AS pekan lalu naik 3 juta barel. Angka ini lebih kecil dari kenaikan pekan sebelumnya yang mencapai 10,4 juta barel.

Wahyu mengatakan, harga minyak dalam jangka menengah masih lemah. Namun, pergerakan dalam tren menguat jangka pendek.

Jika harga bisa menembus level US$ 38,5 per barel dan terus bertahan, maka target selanjutnya di US$ 41 per barel. Meski, target tersebut terbilang sulit. Sementara, jika harga kembali turun ke US$ 35 per barel, maka akan tren berbalik bearish.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto