Jangka pendek, harga timah masih menguat



JAKARTA. Pergerakan harga timah masih berpotensi menguat dalam jangka pendek. Penguatan harga timah didukung okeh faktor teknikal serta harapan adanya kenaikan permintaan dari China.

Mengutip Bloomberg, Rabu (24/2) pukul 13.14 WIB, harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 1,1% ke level US$ 15.850 dibanding sehari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir timah menguat 1,2%.

Analis PT Asia Tradepoint Futures, Andri Hardianto menyatakan, menjelang kuartal kedua permintaan Timah secara global kemungkinan mulai menggeliat didukung oleh kenaikan permintaan dari sektor industri, terutama China.


"Impor timah China dari Indonesia kemungkinan turun karena ketatnya aturan dari pemerintah, tetapi China meningkatkan impor dari Myanmar," ujar Andri.

Pada bulan Januari 2016, impor timah China dari Myanmar naik hingga 66% menjadi 72.436 ton dibanding bulan sebelumnya.

Jika Indonesia dapat terus konsisten memperketat aturan ekspor timah mentah, maka Andri optimistis harga timah dapat bertahan di kisaran US$ 15.000 - US$ 15.500 per metrik ton.

"Kondisi China sebagai konsumen utama timah akan sangat mempengaruhi harga, tetapi saya lihat tekanan tidak akan terlalu kuat," lanjutnya. Saat ini, investor masih khawatir dengan upaya China memulihkan perekonomian tahun ini.

Sedangkan untuk jangka pendek, pergerakan harga timah masih berpeluang menguat. Pekan depan, negeri Tiongkok akan merilis data manufaktur bulan Februari. Jika data tersebut positif, tentu harga timah akan terangkat.

Apalagi pemerintah China akan memberlakukan aturan untuk mengendalikan cadangan timah dalam negeri sehingga dapat memberi sentimen positfi bagi harga. Hingga akhir semester pertama tahun ini, Andri memprediksi harga timah akan bergerak di kisaran US$ 16.000 per metrik ton.

Secara teknikal, Andri juga melihat harga timah bergerak di atas moving average (MA) 50, MA 100, dan MA200 mengindikasikan tren pergerakan masih menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie