Jangka pendek, pasar obligasi tertekan



JAKARTA. Pasar surat utang negara (SUN) maupun obligasi korporasi diprediksi masih akan tertekan dalam jangka pendek. Ketidakjelasan kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi membuat inflasi riil meningkat. Ini membuat Bank Indonesia (BI) pun memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 6%, kemarin.

Harga surat surat utang negara (SUN) seri benchmark sedikit rebound, Rabu (5/6), setelah BI menaikkan fasBI rate 25 basis poin menjadi 4,25%. Namun, kemarin, harga SUN kembali terkoreksi, terutama SUN acuan bertenor panjang.

Harga SUN seri FR0063 bertenor 10 tahun, misalnya, turun dari 94,12 menjadi 93,75. Ini membuat yield surat utang ini naik dari 6,43% menjadi 6,48%. Adapun, harga SUN seri FR0065 bertenor 20 tahun melemah dari 93,75 menjadi 93,50. Yield seri ini naik dari 7,22% menjadi 7,24%.   


Fixed Income Analyst PT Mega Capital Indonesia, M Adra Wijasena menjelaskan, selama belum ada kepastian kenaikan harga BBM, maka pasar surat utang Indonesia akan tertekan. Saat ini, investor mengantisipasi kenaikan harga BBM dengan meminta yield tinggi. Dalam jangka pendek, kenaikan harga BBM akan mengerek yield ke posisi puncak.

Namun di jangka panjang, kebijakan ini akan menumbuhkan perekonomian. Selain faktor BBM, tekanan pasar surat utang juga diakibatkan oleh faktor eksternal. Ketidakpastian The Fed akan mengurangi stimulus mengakibatkan investor asing panik.

Saat inflasi mencapai puncak yaitu ketika harga BBM sudah naik, yield SUN acuan FR0063 bisa menembus 7%. Yield seri FR0064 bisa naik ke kisaran level 7,2%-7,3%. Untuk yield seri FR0065 diperkirakan menyentuh 7,5%. Adapun, yield seri FR0066 berpotensi ke level 5,8%-6%.

Korporasi ikut tertekan

Adra memprediksi, tekanan pada pasar surat utang akan mereda pasca Lebaran. Harga FR0063 diperkirakan kembali ke kisaran 101-102. Untuk seri FR0064 akan kembali ke level 100-101 dan seri FR0065 bisa kembali ke harga 102-103. Sedangkan, FR0066 juga akan stabil ke harga 101-102.

Sementara di pasar obligasi korporasi, dengan asumsi kenaikan harga BBM subsidi, maka rata-rata kenaikan yield di pasar sekunder berkisar antara 300 basis poin hingga 400 basis poin. Perseroan yang menerbitkan surat utang harus menawarkan kupon premium agar lebih menarik.

Meski begitu, pasokan obligasi korporasi masih saja membanjir. Yang terbaru, PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) menawarkan obligasi sebesar Rp 500 miliar. Pada tahap pertama, PANR akan menawarkan obligasi sebanyak-banyaknya sebesar Rp 350 miliar.    

Obligasi bertenor lima tahun ini memiliki peringkat A- dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). "Kupon yang ditawarkan berkisar 9,5%-10,5%," ujar Dadang Suryanto, Direktur Head of Investment Banking PT Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi aksi ini.    

Masa Penawaran awal obligasi dijadwalkan sejak 13 Juni 2013 hingga 21 Juni 2013. Adapun, masa penawaran umum dilakukan pada 2 Juli 2013-4 Juli 2013. Head of Debt Research PT Danareksa Sekuritas, Yudistira Slamet menilai, kupon yang ditawarkan Panorama kurang menarik. Sebab, kupon tersebut masih di bawah rata-rata spread obligasi korporasi dengan peringkat sama di pasar sekunder.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini