Januari 2010, Ekspor CPO Anjlok 221.000 Ton



JAKARTA. Ekspor minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya sepanjang Januari 2010 turun 221.000 ton ketimbang Desember 2009. Tapi, dibandingkan Januari 2009, ekspor CPO Januari 2010 naik 60.000 ton.

Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperlihatkan, ekspor CPO dan produk turunannya pada Desember 2009 mencapai 1,424 juta ton. Sedangkan sepanjang Januari 2010, volumenya turun menjadi 1,203 juta ton. Adapun volume ekspor Januari 2009 tercatat 1,141 juta ton.

Sekretaris Jenderal GAPKI Joko Supriyono menyatakan, penurunan volume ekspor CPO Januari 2010 dibanding Desember 2009 terjadi akibat rendahnya produksi. "Biasanya produksi minyak sawit terbilang kecil pada Januari,” jelas Joko, Rabu 93/2).Sementara itu, Direktur Eksekutif GAPKI Fadhil Hasan bilang, angka penurunan ekspor Januari 2010 mencolok karena pada Desember 2009 terdapat kenaikan permintaan CPO untuk perayaan akhir tahun. "Jadi kurang tepat kalau membandingkan volume ekspor CPO Desember 2009 dengan Januari 2010,” katanya.


Makanya, Fadhil yakin, permintaan CPO dan produk turunannya tahun ini bakal naik. Indikasinya, permintaan CPO dari negara-negara konsumen mulai meningkat. “Ada pemulihan ekonomi di berbagai negara, seperti China dan India yang menjadi importir terbesar CPO,” terang Fadhil.

Adanya kerjasama Perdagangan Bebas ASEAN-China juga turut berperan meningkatkan ekspor Januari 2010. Dari segi volume, pangsa ekspor CPO masih di dominasi barang mentah berupa CPO sebesar 634.702 ton. Sisanya berupa produk turunan.

Untuk tahun ini, Joko Supriyono optimistis, volume ekspor CPO dan turunannya akan naik dan melebihi ekspor tahun 2009. "Tren kenaikan produksi CPO biasanya mulai terjadi Mei nanti,” katanya.

Menurut GAPKI, besarnya ekspor CPO berkaitan dengan pertumbuhan produksi termasuk penambahan lahan perkebunan baru. Sayangnya, para pengusaha kini terganjal berbagai persoalan tumpang tindih lahan. "Masih ada ketidakjelasan status lahan,” kata Joko. Makanya, mereka banyak mengerem ekspansi.

Untuk itulah organisasi perusahaan perkebunan kelapa sawit itu mendesak kepastian mengenai wilayah yang akan dijadikan perkebunan. Merujuk data GAPKI, perluasan perkebunan kelapa sawit rata-rata 400.000 hektare per tahun. Setiap hektare kebun sawit perlu investasi Rp 40 juta hingga berproduksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test