Januari 2018, pertumbuhan kredit bank cuma 7,4%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengatakan pertumbuhan kredit perbankan sampai dengan bulan Januari 2018 mengalami perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya. Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto menyatakan per Januari kredit hanya tumbuh sebanyak 7,4% dibanding bulan yang sama tahun 2017 (year on year).

Jumlah tersebut menurun dibandingkan bulan Desember 2017 yang sempat naik ke level 8,2%. Pun, di bulan Januari tahun lalu pertumbuhan kredit juga berada di posisi sama 8,2%.

Bank Sentral mengatakan, penurunan tersebut memang sudah menjadi tren tahunan industri. Menurut Erwin, dalam jangka waktu satu hingga dua bulan ke depan diperkirakan kredit sudah kembali ke level normal.


"Di Januari ada sedikit penurunan, karena di Desember itu selalu akan ada peningkatan agak besar. Makanya bank kreditnya turun karena ada beberapa hal yang perlu diurus seperti pelunasan pajak dan administratif lain," ujarnya saat ditemui di Jakarta, pekan lalu (15/2).

Menanggapi hal tersebut, sejumlah bankir pun sepakat bahwa pertumbuhan kredit bakal menanjak kembali di akhir kuartal I 2018.

Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi memperkirakan, akan ada perbaikan di sektor riil.

"Masih baru awal tahun biasanya kredit rendah. Namun, di bulan-bulan berikutnya akselerasinya akan meningkat," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (19/2). Bank milik taipan Dato Tahir ini menjelaskan beberapa faktor pendukung pertumbuhan kredit selain sektor riil yang membaik yakni kondisi ekonomi secara makro juga akan menopan permintaan kredit.

Pun, Bank Mayapada menyebut pertumbuhan kredit perseroan juga masih berada tidak jauh dari pertumbuhan industri yakni 7,4%.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengatakan pihaknya mencatat pertumbuhan kredit di bulan Januari 2018 praktis tidak banyak bergerak dari capaian akhir tahun lalu.

Catatan saja, akhir Desember 2017 OCBC NISP mencatatkan pertumbuhan kredit (gross) sebesar 14% yoy menjadi Rp 106,3 triliun dari Rp 93,4 triliun pada akhir tahun 2016.

"Pertumbuhan kredit Januari 2018 tidak banyak berbeda dari Desember, kami kurang sependapat kalau Januari terkesan melambat," katanya. Parwati menambahka, tahun 2018 ini diperkirakan pergerakan kredit tidak jauh berbeda dengan pencapaian di tahun 2017 silam.

Menurutnya, permasalahan mesin penggerak tahun ini sangat bergantung pada kondisi pertumbuhan ekonomi makro. Artinya, jika melihat dari sisi pertumbuhan suku bunga kredit saja tentu tak mampu mendorong peningkatan pembiayaan.

"Faktor utamanya pertumbuhan makro, kalau penurunan suku bunga tidak berpengaruh rasanya, terbukti suku bunga yang turun sudah besar selama ini tapi tidak dibarengi dengan pertumbuhan kredit yang sebanding," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia