Januari-Juli 2011 nilai ekspor sektor pertanian tumbuh paling tinggi



JAKARTA. Kuatnya permintaan eksternal terhadap produk non migas menopang tingginya pertumbuhan ekspor Indonesia sejak awal tahun hingga Juli 2011. Nilai ekspor juga naik lantaran harga komoditas juga terus bergerak naik. Pertumbuhan tinggi terutama terjadi pada ekspor komoditas pertanian, pertambangan dan manufaktur berbasis sumber daya alam (kelapa sawit). Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan nilai ekspor sektor pertanian yang mencakup karet, kopi dan produk peternakan tumbuh 49% sepanjang Januari-Juli 2011 menjadi US$ 13,845 juta. Ekspor pertambangan (timah, tembaga, nikel, dan batubara) tumbuh 38% menjadi US$ 25,985 juta selama Januari-Juli 2011. Sedangkan ekspor produk manufaktur naik 28% dari Januari hingga Juli 2011 menjadi US$ 52,001 juta. Akan halnya ekspor, impor non-migas sepanjang Januari-Juli 2011 juga mengalami pertumbuhan tinggi. Hal ini ditunjang faktor percepatan kegiatan ekonomi domestik serta tingginya harga komoditas dan apresiasi rupiah. "Sebagian besar impor untuk bahan baku dan barang modal. Sejalan dengan kenaikan produksi maupun investasi di dalam negeri," kata Perry, Senin (19/9). Pada periode Januari-Juli 2011 impor barang konsumsi tumbuh 31% menjadi US$ 6,671 juta, bahan baku tumbuh 28,8% menjadi 69,1%, dan barang modal tumbuh 22,6% menjadi US$ 16,520 juta. Secara keseluruhan, akibat krisis global yang tengah melanda AS dan Eropa, negara tujuan ekspor Indonesia semakin terdiversifikasi dengan meningkatnya peran China dan India. Posisi dua macan Asia ini telah menggantikan AS, Eropa dan Jepang. Dilihat dari komoditas, ekspor Indonesia lebih terkonsentrasi pada komoditas primer sementara peran manufaktur kian menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: