JAKARTA. Jumlah dana kelolaan
exchange traded fund (ETF) berkembang sepanjang Januari 2017. ETF merupakan reksadana terbuka berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Mengacu data Infovesta Utama, per Januari 2017, dana kelolaan reksadana jenis ETF mencapai Rp 7,4 triliun, naik Rp 970 miliar atau 15,08% dibandingkan posisi Desember 2016 yang tercatat Rp 6,43 triliun. Serupa, jumlah unit penyertaan ETF juga melonjak 50% dari semula 4,84 miliar menjadi 7,26 miliar periode sama.
Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst PT Infovesta Utama menilai, kenaikan dana kelolaan ETF sepanjang Januari 2017 disebabkan hadirnya produk baru bagi investor. Salah satu pemain utama reksadana jenis ETF, yakni PT Indo Premier Investment Management yang akhir bulan lalu menerbitkan reksadana ETF berbasis surat berharga negara (SBN). ETF anyar ini bertajuk Premier ETF Indonesia Sovereign Bonds (Premier ETF INDOSOB) dengan kode XISB. "Memang minat investor besar sekali, terlihat dari dana yang masuk hampir Rp 1 triliun," ujarnya. Wawan menilai, jenis investor yang memburu ETF terutama berasal dari industri keuangan non bank (IKNB), semisal dana pensiun maupun asuransi. Sebab, melalui produk baru tersebut, IKNB dapat memenuhi kewajiban investasi SBN dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Senior Research Analyst Pasar Dana, Beben Feri Wibowo menyebut, investor justru memanfaatkan momentum koreksi pasar bulan lalu dengan mengakumulasi ETF. "Dengan asumsi dan keyakinan kondisi pasar akan cenderung rebound menyusul kondisi ekonomi dalam negeri yang dinilai masih baik," paparnya. Sepanjang Januari 2017, LQ45 merosot 0,82% (MoM) dan Jakarta Islamic Index (JII) turun 0,69% (MoM). Begitu pula dengan SRI-KEHATI yang melempem 0,49% (MoM) serta IDX30 yang menyusut 0,54% (MoM).
Katalis negatif bersumber dari antisipasi investor terhadap realisasi rencana kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump seperti anggaran belanja infrastruktur maupun pemangkasan pajak. Jika Trump mewujudkan wacana tersebut, besar peluang dana investor asing bakal angkat kaki dari pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, Beben optimistis, dana kelolaan industri ETF akan tumbuh 20%-25% tahun ini. Dengan catatan, nilai tukar rupiah tetap terjaga dan laju inflasi juga terkendali. Adapun target inflasi Indonesia tahun ini dipatok 4%-4,5%. Sementara, Wawan memprediksi, dana kelolaan industri ETF akan meningkat ke level Rp 10 triliun akhir tahun ini. Minat investor terhadap produk ETF disinyalir bakal melesat. Sebab, ETF lebih likuid ketimbang produk reksadana konvensional. "Hari itu juga bisa langsung jual. Banyak institusi yang lebih suka
trading lewat ETF karena lebih mudah prediksi indeks ketimbang satuan saham," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini