January effect masih berpotensi terjadi tahun depan, ini pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar modal tanah air mengenal fenomena January effect, yakni momentum menguatnya harga-harga saham di bulan Januari. Januari efek ini melanjutkan fenomena windows dressing yang terjadi di akhir tahun.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama melihat, January effect masih memungkinkan untuk terjadi pada awal tahun depan. Hal ini seiring dengan ekspektasi pelaku pasar yang optimistis dalam mengawali pergantian tahun.

Beberapa sentimen pun dinilai bisa menjadi pendorong IHSG. Serapan dari dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) di akhir tahun, data inflasi, serta data purchasing manager’s index (PMI) manufaktur dinilai dapat menjadi pemicu bagi pergerakan IHSG di awal Januari tahun depan. Survei IHS Markit menunjukkan angka PMI manufaktur Indonesia naik menjadi 50,6 pada November 2020 dari sebelumnya di level 47,8 pada Oktober 2020.


Level ini menjadi yang pertama sejak Agustus 2020 indeks manufaktur berada di atas level 50. Sebagai pembanding, PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Oktober berada di 47,8. Sementara bulan September dan Agustus 2020 masing-masing berada di 47,2 dan 50,8.

Baca Juga: IHSG sudah naik signifikan, bagaimana peluang January effect?

“Saat ini sektor consumer goods dan poultry dapat dicermati. Terlebih sektor consumers dapat dikatakan cukup lagging dalam 1-2 bulan terakhir,” ujar Okie kepada Kontan.co.id, Minggu (27/12).

Okie melanjutkan, investor dapat mempertimbangkan saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN), dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) sebagai watchlist saham pada bulan Januari nanti.

Hal ini seiring dengan performa dari saham-saham tersebut yang cenderung menguat di setiap awal tahun dalam 10 tahun terakhir. Pilarmas Investindo Sekuritas memproyeksi, IHSG akan berada di rentang trading 5.950-6.240 untuk Januari 2021.

Baca Juga: Tahun 2021 akan menjadi tahun investasi saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati