Japan Air Kembali Naikkan Tarif Penerbangan



TOKYO. Japan Airlines Corp. berencana menaikkan lagi tarif penerbangannya. Itu artinya, maskapai terbesar di Negeri Matahari Terbit itu sudah menaikkan tarif selama enam kuartal berturut-turut. Kebijakan itu dilakukan guna menutupi beban operasional akibat kenaikan harga bahan bakar avtur. Sekadar mengingatkan, harga bahan bakar pesawat sempat menembus rekor tertinggi pada 3 Juli lalu mencapai US$ 181,85 di Singapura.

Pihak Japan Air bilang, tarif penerbangan antara Jepang dan Amerika Utara, akan dinaikkan sebesar 5.000 yen atau US$ 45,94. Walhasil, untuk satu kali perjalanan, penumpang harus merogoh kocek sebesar 33.000 yen. Sementara, tarif penerbangan ke China akan naik menjadi 10.500 yen dari sebelumnya yang hanya dipatok 8.500 yen. Menurut maskapai yang berbasis di Tokyo ini, tarif baru tersebut berlaku efektif mulai 1 Oktober mendatang.

Asal tahu saja, pembelian bahan bakar avtur merupakan pengeluaran terbesar yang harus dikeluarkan japan Air. Dalam tiga bulan yang berakhir Juli lalu, total pengeluaran khusus avtur mencapai US$ 163,76. Angka itu lebih tinggi 31% dibanding kuartal sebelumnya.


Tak heran, pada 7 Agustus lalu, pihak maskapai telah meningkatkan ramalan untuk harga avtur sebesar 45% pada tahun keuangan ini, menjadi US$ 160 sebarel. Pihak Japan Air memperkirakan,  dana yang harus digelontorkan pada tahun fiskal ini untuk pembelian avtur sebanyak 532 miliar yen. Jika dihitung, jumlah itu meningkat 28% dibanding tahun sebelumnya.

Memang, sebelumnya, maskapai dikenal dengan sebutan JAL ini sudah melakukan antisipasi lain. Salah satunya dengan melakukan lindung nilai (hedge) terhadap lebih dari 80% kebutuhan bahan bakarnya pada tahun keuangan ini. Hal itu dilakukan untuk melindungi perusahaan jika sewaktu-waktu terjadi kenaikan harga avtur lagi.

Sekadar tambahan informasi, maskapai terbesar Jepang untuk penerbangan internasional itu sudah menerapkan kenaikan tarif sejak 2005 lalu. Japan Air sendiri bilang, mereka tidak akan menaikkan kembali tarif penerbangan jika harga bahan bakar avtur berada di bawah US$ 40 per barel.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie