KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (
JPFA) mengalokasikan belanja modal atau
capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun pada tahun 2024. Nominal itu naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1,98 Triliun. Kepala Divisi Pengawasan Keuangan Japfa Comfeed, Erwin Djohan mengatakan capex ditujukan untuk memperkuat bisnis hilir melalui pengembangan pengolahan hasil peternakan dan produk konsumen. "Serta mendorong pertumbuhan penjualan ritel ke ke konsumen melalui
outlet perseroan baik
offline dan
online," kata Erwin dalam paparan publik pada Rabu (3/4).
Adapun ekspansi kapasitas produksi itu untuk memperbesar kapasitas produksi pada sektor hilir, contohnya
processing dan
product consumer baik itu
ready to eat atau sebaliknya. "Jumlah belanja modal ini kurang lebih sama dengan tahun 2023 silam," ungkapnya.
Baca Juga: Laba Merosot, Japfa Comfeed (JPFA) Absen Bagikan Dividen Tantangan JPFA di 2024 Sementara itu, Head of Investor Relation & Sustainability PT Japfa Tbk Elvina Apandi Hermansyah membeberkan sejumlah tantangan perseroannya di tahun 2024. Pertama, faktor global yang dihadapi yakni ketegangan geopolitik, terutama perkembangan terkahir antara Rusia dan Ukraina yang telah mengganggu ekonomi global rantai pasokan dan harga komoditas. "Hal itu tentu berdampak pada biaya bahan baku, bahan bakar dan daya beli konsumen. Kemudian tekanan inflasi global mendorong bank sentral berbagai negara untuk mempertahankan tingkat suku bunga yang tinggi untuk waktu yang lebih lama," ungkapnya.
Strategi JPFA di 2024
Kata dia, perseroan bakal terus melakukan edukasi kepada para peternak dan petambak di Indonedia agar produk yang dihasilkan dapat memiliki kualitas dan daya saing yang kuat. "Ke depannya kami masih akan fokus pada bisnis inti yang digeluti. Perseroan juga terus berupaya untuk meningkatkan penetrasi produk seraya terus melakukan upaya edukasi pentingnya protein hewani bagi kesehatan, sejalan dengan program pemerintah untuk mengurangi gizi buruk stunting," sambungnya. industri peternakan dan perikanan masih memiliki potensi besar mengingat populasi penduduk Indonesia yang besar. Masih rendahnya tingkat konsumsi protein hewani di Indonesia membuat peluang usaha perseroan ke depan. “Kami tetap yakin akan prospek jangka panjang dan pertumbuhan berkelanjutan,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .