Japfa dan IFSR Estimasikan Program Makanan Bergizi Butuh Biaya Rp 1,1 M per Bulan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam upaya meningkatkan gizi anak-anak di Indonesia, program makanan bergizi diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar Rp 1,1 miliar per bulan.

Anggaran ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dasar, sebagaimana dinyatakan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Review (IFSR), I Dewa Made Agung, dan Direktur Corporate Affairs Japfa, Rachmat Indrajaya.

Baca Juga: Program Makanan Bergizi, Bakal Jadi Katalis Positif Kinerja Japfa Comfeed (JPFA)


Mereka menjelaskan bahwa biaya ini bervariasi tergantung lokasi dan harga bahan pangan lokal.

I Dewa Made Agung menjelaskan bahwa anggaran antara Rp 900 juta hingga Rp 1,1 miliar per lokasi per bulan mencakup berbagai komponen makanan.

"Tingkat kemahalan berbeda di setiap daerah, sehingga harga ayam di Jakarta bisa lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain seperti Bumbang," ujarnya dalam konferensi pers "Makan Bergizi Bersama Japfa" di Jakarta, Rabu (25/9).

Dengan demikian, harga per porsi dapat mencapai kurang lebih Rp 15.000, tergantung pada lokasi dan jenis menu yang disajikan.

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Telah Distribusikan 5.389 Paket Makan Bergizi Gratis

Dewa menekankan pentingnya memanfaatkan sumber daya lokal dan kearifan setempat dalam menyusun menu.

Dengan menyesuaikan makanan dengan kebutuhan gizi anak-anak dan menggunakan bahan-bahan yang mudah diakses, biaya dapat ditekan.

Pendekatan ini tidak hanya membantu efisiensi biaya, tetapi juga meningkatkan keberagaman dan kualitas gizi.

Rachmat Indrajaya menyoroti bahwa Japfa berkomitmen untuk mendukung program ini dengan menyediakan produk yang lebih terjangkau.

Ia menjelaskan bahwa penelitian dilakukan di berbagai daerah untuk menyesuaikan penawaran dengan preferensi lokal. Misalnya, di daerah tertentu, anak-anak mungkin lebih menyukai ikan dan sayur-sayuran daripada ayam.

Rachmat juga menjelaskan bahwa anggaran tersebut sudah memperhitungkan biaya operasional, termasuk investasi dalam peralatan dapur dan tenaga kerja.

Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis, Kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah Bakal Bertambah?

"Dalam konteks swaklola, sekolah-sekolah di daerah terpencil sering kali tidak memiliki fasilitas dapur yang memadai, sehingga kolaborasi dengan komunitas lokal sangat penting," ujarnya.

Rachmat optimistis bahwa program makanan bergizi ini dapat meningkatkan permintaan terhadap produk unggas, seperti ayam dan telur.

Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan protein, diharapkan konsumsi ayam dan telur dapat meningkat, membantu menstabilkan pasar dan memberikan dampak positif bagi industri.

Dalam praktiknya, biaya per porsi makanan berkisar antara Rp 11.000 hingga Rp 12.000, yang sudah mencakup biaya transportasi dan pengelolaan.

Rachmat menegaskan bahwa angka tersebut masih sangat memungkinkan untuk menjaga kualitas gizi yang baik. Dalam beberapa kasus, biaya dapat ditekan hingga Rp 7.500 jika makanan dimasak sendiri di rumah.

Baca Juga: Prospek Poultry Makin Kuat di Akhir 2024 dan 2025, Begini Rekomendasi CPIN dan JPFA

Lebih lanjut, program makanan bergizi yang dirancang oleh Japfa dan IFSR menunjukkan komitmen untuk meningkatkan gizi anak-anak di Indonesia.

Dengan anggaran yang tepat dan pemanfaatan sumber daya lokal, diharapkan program ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan gizi masyarakat, tetapi juga mendukung pertumbuhan industri pangan lokal, termasuk unggas.

Selanjutnya: AS Kirim Bantuan Militer Tambahan ke Ukraina Senilai US$375 Juta

Menarik Dibaca: Cara Merawat Bunga Peace Lily untuk Mendapatkan Pertumbuhan yang Lebih Baik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto