Japfa mengantisipasi pembatasan impor jagung



JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) belum akan membuka impor jagung bagi para importir hingga kuartal II 2016. 

Sejauh ini, hanya Perum Bulog yang berwenang mengimpor jagung. Itu pun, sesuai dengan penugasan dari pemerintah. Kendati, produksi jagung dalam negeri diprediksi tidak dapat memenuhi kebutuhan domestik sehingga para produsen pakan ternak menyiasati kekurangan ini dengan mencari sejumlah alterntif.

Senior Vice President PT Japfa Comfeed Indonesia Budiarto Soebijanto mengatakan, rata-rata kebutuhan jagung untuk pakan ternak Japfa per tahun sebesar 1,5 juta ton. Dimana sekitar 80% dipenuhi dari jagung lokal dan 20% lagi dipenuhi dari jagung impor. 


Sejak ditutupnya pintu impor bagi produsen pakan, Japfa memilih meningkatkan penyerapan jagung lokal.

"Kalau pada musim panen jagung sekarang, kebutuhan masih dapat dipenuhi, tapi setelah masa panen nanti berpotensi kekurangan jagung," ujar Budiarto kepada KONTAN, Senin (28/3).

Budiarto menjelaskan, Japfa telah menyiapkan strategi dengan meningkatkan penyerapan jagung lokal untuk menutupi kekurangan bahan baku. Namun ia memprediksi dalam dua bulan ke depan, pasokan jagung akan berkurang. Nantinya, pada saat itu, industri pasti kekurangan bahan baku pakan ternak.

"Meskipun mengantikan jagung dengan gandum, tapi kualitasnya tidak bagus bagi penceranaa, seperti makan beras ketan bagi manusia, pasti tidak cocok dalam waktu lama," terangnya.

Menurut Budiarto, sejauh ini, Japfa hanya menyerap 10% gandum untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pakan ternak mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan