Japfa realisasi bisnis sapi di china



JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk melalui anak usahanya PT Santosa Agrindo (Santori) akan segera merealisasikan pembangunan lahan penggemukan sapi potong atau feedlot di China. Rencananya emiten dengan kode JPFA ini akan melakukan  groundbreaking atau konstruksi awal pada Mei 2013 mendatang.

Dayan Antoni, Head of Government Relation and Business Development Santosa Agrindo mengatakan, pembangunan lahan penggemukan sapi tidak membutuhkan waktu lama. Mulai dikerjakan awal Mei 2013, diharapkan sebelum akhir tahun ini pembangunan sudah selesai. "Operasional paling cepat November 2013," katanya.

Dengan perhitungan waktu untuk menggemukkan sapi bakalan sekitar tiga bulan sampai empat bulan, maka tahun ini Santori belum dapat menikmati hasil produksi daging sapi mereka. Menurut Dayan,  perusahaannya baru akan mendapatkan hasil perdana dari feedlot di China pada awal 2014 mendatang.


Terbesar di China

China menjadi salah satu negara yang dilirik Santori untuk mengembangkan bisnis daging sapinya. Maklum saja,  sejak pengurangan kuota impor sapi bakalan, perusahaan ini tidak bisa memenuhi kapasitas kandang penggemukan milik mereka di Lampung dan Jawa Timur.

Populasi masyarakat China  yang sangat besar menjadi daya tarik pasar tersendiri.  Provinsi Shandong memiliki penduduk sebanyak 95 juta jiwa, sementara Propinsi Hebei, Henan, Anhui, Shanxi, Jiangsu, dan Hebei memiliki jumlah penduduk total sekitar 500 juta jiwa. Dari jumlah itu, penduduk Muslimnya cukup banyak, yakni kurang lebih 120 juta orang, sehingga menjadi pasar potensial. Maka, wilayah Hekou di Provinsi Shandong dipilih jadi lokasi penggemukan sapi Japfa.

Tanpa menyebut nilai investasinya, Dayan mengatakan, target output produksi dari penggemukan sapi di China mencapai 90.000 ekor per tahun atau 30.000 ekor per siklus. Satu siklus sekitar 3 sampai 4 bulan.

Dengan kapasitas produksi sebesar itu, menurut Dayan, bisnis penggemukan sapi milik Santori akan menjadi yang terbesar di negara berpenduduk 1,4 miliar itu. Seperti di Indonesia, sebagian besar penggemukan sapi di China dilakukan usaha skala kecil dan menengah (UKM) dengan produksi maksimal 50.000 ekor setahun.

Lahan peternakan dan penggemukan sapi di Shandong mencapai sekitar 200 hektare. Untuk mencukupi bahan pakan ternak, perusahaan ini juga akan membangun  lahan pertanian untuk sumber pakan hijauan seluas 500 hektare.

Dayan menambahkan, pasokan bibit sapi bakalan akan didapat dari jenis sapi lokal. Untuk tahap awal  kandang penggemukan sapi Santori di China hanya diisi sekitar 1.500 ekor sapi bakalan. Kapasitas  memang masih kecil untuk untuk  menyesuaikan dengan ketersediaan pakan alami berupa tanaman jagung.

Dengan beroperasinya bisnis baru di China ini, Santori berharap pendapatan perusahaan akan semakin gemuk. Di Indonesia, Santori memiliki dua feedlot di Lampung untuk sapi bakalan impor berkapasitas 40.000 ekor. Selain itu Santori juga memiliki satu feedlot sapi lokal di Jawa Timur berkapasitas  15.000 ekor.

Untuk mencukupi kebutuhan sapi bakalan, mulai 2007 Santori memulai usaha pembibitan atau pembiakan melalui anak usahanya Austasia Breeding Centre di Lampung berkapasitas 20.000 ekor. Saat ini populasi pembibitan sapi Santori mencapai 14.000 ekor, terdiri 8.000 ekor sapi indukan dan 6.000 ekor sapi anakan.

Pada 2013, dua anak usaha Japfa ini mendapat alokasi impor sapi bakalan sebanyak 31.000 ekor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa